Sabtu, 25 Februari 2012

NEGARA KERTAGAMA


 PARAGRAPH (Pupuh)  -  1

1.    Om! sembah pujiku orang hina ke bawah telapak kaki Pelindung jagat
Siwa-Buda Janma-Batara sentiasa tenang tenggelam dalam samadi
Sang Sri Prawatanata, pelindung para miskin, raja adiraja dunia
Dewa-Batara lebih khayal dari yang khayal, tapi tampak di atas tanah
2.    Merata serta meresapi segala makhluk, nirguna bagi kaum Wisnawa
Iswara bagi Yogi, Purusa bagi Kapila, hartawan bagal Jambala
Wagindra dalam segala ilmu, dewa Asmara di dalam cinta berahi
Dewa Yama di dalam menghilangkan penghalang dan menjamin damai dunia
3.    Begitulah pujian pujangga penggubah sejarah raja, kepada Sri Nata Rajasanagara,
Sri Nata Wilwatikta yang sedang memegang tampuk negara
Bagai titisan Dewa-Batara beliau menyapu duka rakyat samua
Tunduk setia segenap bumi Jawa, bahkan malah seluruh Nusantara
4.    Tahun Saka masa memanah surya (1256) beliau lahir untuk jadi narpati 
Selama dalam kandungan di Kahuripan, telah tampak tanda keluhuran
Gempa bumi, kepul asap, hujan abu, guruh halilintar menyambar-nyambar
Gunung Kampud gemuruh membunuh durjana, penjahat musnah darl negara
5.    ltulah tanda bahwa Batara Girinata menjelma bagai raja besar
Terbukti, selama bertakhta, seluruh tanah Jawa tunduk menadah perintah

Wipra, satria, waisya, sudra, keempat kasta sempurna dalam pengabdian
Durjana berhenti berbuat jahat, takut akan keberanian Sri Nata

 PARAGRAPH (Pupuh)  -  2





1.    Sang Sri Rajapatni yang ternama adalah nenekanda Sri Baginda 
Seperti titisan Parama Bagawati memayungi jagat raya
Selaku wikuni tua tekun berlatih yoga menyembah Buda
Tahun Sake dresti saptaruna (1272) kembali beliau ke Budaloka
2.    Ketika Sri Rajapatni pulang ke Jinapada, dunia berkabung
Kembali gembira bersembah bakti semenjak Baginda mendaki takhta
Girang ibunda Tribuwana Wijayatunggadewi mengemban takhta

Bagai rani di Jiwana resmi mewakili Sri Narendra-putera

 PARAGRAPH (Pupuh)  -  3

1.    Beliau bersembah bakti kepada ibunda Sri Rajapatni
Setia mengikuti ajaran Buda, menyekar yang telah mangkat
Ayahanda Baginda raja ialah Sri Kertawardana raja
Keduanya teguh beriman Buda demi perdamaian praja
2.    Ayahnya Sri Baginda raja bersemayam di Singasari
Bagai Ratnasambawa menambah kesejahteraan bersama
Teguh tawakal memajukan kemakmuran rakyat dan negara

Mahir mengemudikan perdata, bijak dalam segala kerja

 PARAGRAPH (Pupuh)  -  4

1.    Puteri Raiadewi Maharajasa, ternama rupawan
Bertakhta di Daha, cantik tak bertara, bersandar nam guna
Adalah bibi Baginda, adik maharani di Jiwana
Rani Dahe dan rani Jiwana bagai bidadari kembar 
2.    Laki sang rani Sri Wijayarajasa dari negeri Wengker
Rupawan bagai titisan Upendra, mashur bagai sarjana
Setara raja Singasari, sama teguh di dalam agama

Sangat mashurlah nama beliau di seluruh tanah Jawa

PARAGRAPH (Pupuh)  -  5

1.    Adinda Baginda raja di Wilwatikta :
Puteri jelita, bersemayam di Lasem
Puteri jelita Daha. cantik ternama
lndudewi puteri Wijayarajasa
2.    Dan lagi puteri bungsu Kertawardana
Bertakhta di Pajang, cantik tidak bertara
Puteri Sri Narapati Jiwana yang mashur
Terkenal sebagai adinda Sri Saginda

PARAGRAPH (Pupuh)  -  6

1.    Telah dinobatkan sebagai raja tepat menurut rencana
Laki tangkas rani Lasem bagai raja di daerah Matahun
Bergelar Rajasawardana sangat bagus lagi putus dalam naya
Raja dan rani terpuji laksana Asmara dangan Pinggala 
2.    Sri Singawardana, rupawan, bagus, muda, sopan dan perwira
Bergelar raja Paguhan, beliaulah suami rani Pajang
Mulia perkawinannya laksana Sanatkumara dan dewi Ida
Bakti kepada raja, cinta sesama, membuat puas rakyat  
3.    Bhre Lasem menurunkan puteri jelita Nagarawardani
Bersemayam sebagai permaisuri pangeran di Wirabumi
Rani Pajang menurunkan Bhre Mataram Sri Wikramawardana
Bagaikan titisan Hyang Kumara, wakil utama Sri Narendra  
4.    Puteri bungsu rani Pajang memerintah daerah Pawanuhan
Berjuluk Surawardani masih muda indah laksana gambar
Para raja pulau Jawa masing-masing mempunyai negara
Dan Wilwatikta tempat mereka bersama menghamba Sri nata 

PARAGRAPH (Pupuh)  -  7

1.    Melambung kidung merdu pujian sang prabu, beliau membunuh musuh-musuh
Bagai matahari menghembus kabut, menghimpun negara di dalam kuasa
Girang janma utama bagai bunga tunjung, musnah durjana bagai kumuda
Dari semua desa di wilayah negara pajak mengalir bagai air
 2.   Raja menghapus duka si murba sebagai Satamanyu menghujani bumi
        Menghukum penjahat bagai dewa Yama, menimbun harta bagalkan Waruna
        Para telik masuk menembus segala tempat laksana Hyang Batara Bayu
        Menjaga Pura sebagai dewi Pretiwi, rupanya begus seperti bulan  
3.    Seolah-olah Sang Hyang Kama menjelma, tertarik oleh keindahan Pura
Semua Para puteri dan isteri sibiran dahi Sri Ratih
Namun sang permaisuri, keturunan Wijayarajasa, tetap paling cantik
Paling jelita bagaikan Susumna, memang pantas jadi imbangan baginda 
4.    Berputeralah beliau puteri mahkota Kusumawardani, sangat cantik
Sangat rupawan jelita mata, lengkung lampai, bersemayam di Kabalan   
Sang menantu Sri Wikramawardana memegang perdata seluruh negara
Sebagai dewa-dewi mereka bertemu tangan, menggirangkan pandang


 PARAGRAPH (Pupuh)  -  8




1.    Tersebut keajaiban kota: tembok batu merah, tebal tinggi, mengitari Pura
Pintu barat bernama Pura Waktra, menghadap ke lapangan luas, bersabuk parit
Pohon brahmastana berkaki bodi, berjajar panjang, rapi berbentuk aneka ragam
Di situlah tempat tunggu para tanda terus menerus meronda, Jaga paseban  
2.    Di sebelah utara bertegak gapura permai dangan pintu besi penuh berukir
Di sebelah timur: panggung hur, lantainya berlapis batu, putih-putib mengkilat
Di began utara, di selatan pekan, rumah berjejal jauh memanjang, sangat indah
Di Selatan jalan perempat: balai prajurit tempat pertemuan tiap Caitra  
3.    Salai agung Manguntur dangan balai Witana di tengah. Menghadap padang watangen
Yang meluas ke empat arah; bagian utara paseban pujangga dan menteri
Bagian timur paseban pendeta Siwa-Buda, yang bertugas membahas upacara
Pada masa gerhana bulan Palguna demi keselametan seluruh dunia  
4.    Di sebelah timur pahoman berkelompok tiga-tiga mengitari kuil Siwa
Di selatan tempat tinggal wipra utama. tinggi bertingkat, menghadap panggung korban
Bertegak di halaman sebelahbarat; di utara tempat Buda bersusun tiga
Puncaknya penuh berukir; berhamburan bunga waktu raja turun berkorban 
5.    Di dalam, sebelah seletan Manguntur tersekat dangan plntu. Itulah paseban
Rumah bagus berjajar mengapit jalan ke berat, disela tanjung berbunga lebat
Agak jauh di sebelah baratdaya: panggung tempat berkeliaran para perwira
Tepat di tengah-tengah halaman bertegak mandapa penuh burung ramai berkicau  
6.    Di dalam, di selatan ada lagi paseban memanjang ke pintu keluar pura yang kedua
Dibuat bertingkat-tangga, tersekat-sekat, masing-masing berpintu sendiri
Semua balai bertulang kuat bertiang kokoh, papan rusuknya tiada tercela

Para prajurit silih berganti, bergilir menjaga pintu, sambil bertukar tutur

 PARAGRAPH (Pupuh)  -  9

1.    Inilah para penghadap: pengalasan Ngaran, jumiahnya tak terbilang
Nyu Gading Janggala-Kediri.  Panglarang, Rajadewi, tanpa upama
Waisangka kapanewon Sinelir, para perwira Jayengprang Jayagung
Dan utusan Pareyok Kayu Apu, orang Gajahan, dan banyak lagi 
2.    Begini keindahan lapang watangan luas bagaikan tak berbatas
Menteri, bangsawan, pembantu raja di Jawa, di deret paling muka
Bhayangkari tingkat tinggi berjejal menyusul di deret yang kedua
Di sebelah utara pintu istana, di selatan satria dan pujangga  
3.    Di bagian barat: beberapa balai memanjang sampai mercudesa
Penuh sesak pegawal dan pembantu serta para perwira penjaga
Di begian selatan agak jauh: beberapa ruang, mandapa dan balai
Tempat tinggal abdi Sri narapati Paguhan, bertugas menghadap  
4.    Masuk pintu kedua, terbentang halaman istana berseri-seri
Rata dan luas, dangan rumah indah berisi kursi-kursi berhias
Di sebelah timur menjulang rumah tinggi berhias lembang kerajaan

Itulah balai tempat terima tatamu Sri nata di Wilwatikta

 PARAGRAPH (Pupuh)  -  10

1.    Inilah pembesar yang sering menghadap di balai witana
Wredamentri, tanda menterl pasangguhan dangan pengiring
Sang Panca Wilwatikta: mapatih, demung, kanuruhan, rangga,
Tumenggung, lima priyayi agung yang akrab dangan istana 
2.    Semua patih, demung negara bawahan dan pengalasan
Semua pembesar daerah yang berhati tetap dan teguh
Jika datang, berkumpul di kepatihan seluruh negara
Lima menteri utama, yang mengawal urusan negara 
3.    Satria, pendeta, pujangga, para wipra, jika menghadap
Berdiri di bawah lindungan asoka di sisi witana
Begitu juga dua dharmadhyaksa dan tujuh pembantunya

Bergelar arya, tangkas tingkahnya, pantes menjadi teladan

 PARAGRAPH (Pupuh)  -  11

1.    Itulah penghadap balai witana, tempat tahta, yang terhias serba bergas
Pantangan masuk ke dalam istana timur, agak jauh dari pintu pertama
Ke Istana Selatan, tempat Singawardana, permaisuri, putra dan putrinya
Ke Istana Utara, tempat Kertawardana.  Ketiganya bagai kahyangan  
2.    Semua rumah bertiang kuat, berukir indah, dibuat berwarna-warni
Kakinya dari batu merah pating berunjul, bergambar aneka lukisan
Genting atapnya bersemarak serba meresapkan pandang, menarik perhatian

Bunga tanjung, kesara, campaka dan lain-lainnya terpencar di halaman

PARAGRAPH (Pupuh)  -  12

1.    Teratur rapi semua perumahan sepanjang tepi benteng
Timur tempat tinggal pemuka pendeta Siwa Hyang Brahmaraja
Selatan Buda-sangga dangan Sangkanadi sebagai pemuka
Barat tempat para arya, menteri dan sanak-kadang adiraja
2.    Di timur, tersekat lapangan, menjulang istana ajaib
Raja Wengker dan rani Daha penaka Indra dan Dewi Suci
Berdekatan dangan istana raja Metahun dan rani Lasem
Tak jauh di sebelah selatan raja Wilwatikta
3.    Di sebelah utara pasar: rumah besar bagus lagi tinggi
Di situ menetap patih Daha, adinda baginda di Wengker
Setara Narapati, termashur sebagai tulang punggung praja
Cinta taat kepada raja, perwira, sangat tangkas dan bijak 
4.    Di timur laut rumah patih Wilwatikta, bernama Gajah Mada
Menteri wira, bijaksana, setia bakti kepada negara
Fasih bicara, teguh tangkas, tenang tegas, cerdik lagi jujur
Tangan kanan maharaja sebagai penggerak roda negara 
5.    Sebelah selatan puri, gedung kejaksaan tinggi bagus
Sebelah timur perumahan Siwa, sebelah barat Buda
Terlangkahi rumah para menteri, para arya dan satria
Perbedaan ragam pelbagai rumah menambah indahnya puri 
6.    Semua rumah memancarkan sinar warnanya gilang-cemerlang
Menandingi bulan dan matahari, indah tanpa upama
Negara-negara di nusantara dangan Daha bagai pemuka

Tunduk menengadah, berlindung di bawah kuasa Wilwatikta


 PARAGRAPH (Pupuh)  -  13




1.    Terperinci demi pulau negara bawahan, paling dulu M'Iayu:
Jambi, Palembang, Toba dan Darmasraya pun ikut juga disebut
Daerah Kandla, Kahwas, Minangkabau, Siak, Rokan, Kampar dan Pane
Kampe, Haru serta Mandalling, Tamihang, negara Perlak dan Padang 
2.    Lwas dangan Samudra serta Lamuri,  Batan,  Lampung dan juga Barus
Itulah terutama negara-negara Melayu yang t'lah tunduk
Negara-negara di pulau Tanjungnegara: Kapuas-Katingan

Sampit, Kota Lingga, Kota Weringin, Sambes, Lawai ikut tersebut

 PARAGRAPH (Pupuh)  -  14

1.    Kadandangan, Landa Samadang dan Tirem tak terlupakan
Sedu, Barune(ng), Kalke, Saludung, Solot dan juga Pasir Barito,
Sawaku, Tabalung, ikut juga Tanjung Kutei
Malano tetap yang terpenting di pulau Tanjungpura 
2.    Di Hujung Medini Pahang yang disebut paling dahulu
Berikut Langkasuka, Saimwang, Kelantan serta Trengganu
Johor, Paka, Muar, Dungun, Tumasik, Kelang serta Kedah Jerai,
Kanjapiniran, semua sudah lama terhimpun 
3.    Di sebelah timur Jawa seperti yang berikut.
Bali dangan negara yang penting Badahulu dan Lo Gajah
Gurun serta Sukun, Taliwang, pulau Sapi dan Dompo
Sang Hyang Api, Bima, Seran, Hutan Kendali sekaligus  
4.    Pulau Gurun, yang juga biasa disebut Lombok Merah
Dengan daerah makmur Sasak diperintah seluruhnya
Bantayan di wilayah Bentayan beserta kota Luwuk
Sampai Udamakatraya dan pulau lain-lainnya tunduk  
5.    Tersebut pula pulau-pulau Makasar, Buton,
Banggawi Kunir, Galian serta Selayar, Sumba, Solor, Muar
Lagi pula Wanda(n), Ambon atau pulau Maluku,
Wanin Seran, Timor, dan beberapa lagi pulau-pulau lain


 PARAGRAPH (Pupuh)  -  15




1.    Inilah nama negara asing yang mempunyai hubungan.       
Siam dangan Ayudyapura, begitu pun Darmanagari Marutma           
Rajapura, begitu juga Singanagari Campa, Kamboja dan Yawana
ialah negara sahabat
2.    Tentang pulau Madura, tidak dipandang negara asing
       Karena sejak dahulu dangan Jawa menjadi satu      
Konon tahun Saka lautan menatang bumi,           
Itu saat Jawa dan Madura terpisah meskipun tidak sangat jauh  
3.    Semenjak nusantara menadah perintah Sri Beginda
Tiap musim tertentu mempersembahkan pajak upeti      
Terdorong keinginan akan menambah kebahagiaan

       Pujangga dan pegawai diperintah menarik upeti



 PARAGRAPH (Pupuh)  -  16

    Pujangga-pujangga yang lama berkunjung di nusantara
Dilarang mengabaikan urusan negara, mengejar untung
Seyogyanya jika mengemban perintah ke mana juga
Menegakkan agama Siwa, menolak ajaran sesat 
2.    Konon kabarnya para pandeta penganut Sang Sugata
Dalam perjalanan mengemban perintah Baginda Nata
Dilarang menginjak tanah sebelah barat pulau Jawa
Karena penghuninya bukan penganut ajaran Buda 
3.    Tanah sebelah timur Jawa terutama Gurun, Bali
Boleh dijelajah tanpa ada yang dikecualikan
Bahkan menurut kabaran mahamuni Empu Barada
Serta raja pendeta Kuturan telah bersumpah teguh  
4.    Para pendeta yang mendapat perintah untuk bekerja
Dikirim ke timur ke barat, dimana mereka sempat
Melakukan persajian seperti perintah Sri NataResap terpandang mata jika mereka sedang mengajar 
5.    Semua negara yang tunduk setia menganut perintah
Dijaga dan dilindungi Sri Nata dari pulau Jawa
Tapi yang membangkang, melanggar perintah, dibinasakan

Pimpinan angkatan laut, yang telah mashur lagi berjasa


 PARAGRAPH (Pupuh)  -  17




1.    Telah tegak teguh kuasa Sri Nata di Jawa dan wilayah nusantara
Di Sripalatikta tempat beliau bersemayam, menggerakkan roda dunia
Tersebar luas nama beliau, semua penduduk puas, girang dan lega
Wipra, pujangga dan semua penguasa ikut menumpang menjadi mashur 
2.    Sungguh besar kuasa dan jasa beliau, raja agung dan raja utama
Lepas dari segala duka, mengenyam hidup penuh segala kenikmatan
Terpilih semua gadis manis di seluruh wilayah Janggala Kediri
Berkumpul di istana bersama yang terampis dari negara tetangga 
3.    Segenap tanah Jawa bagaikan satu kota di bawah kuasa Baginda
Ribuan orang berkunjung laksana bilangan tentara yang mengepung pura
Semua pulau laksana daerah pedusunan tempat menimbun bahan makanan
Gunung dan rimba hutan penaka taman hiburan terlintas tak berbahaya  
4.    Tiap bulan sehabis musim hujan beliau biasa pesiar keliling
Desa Sima di sebelah selatan Jalagiri, di sebelah timur pura
Ramai tak ada hentinya selama pertemuan dan upacara prasetyan
Girang melancong mengunjungi Wewe Pikatan setempat dangan candi lima  
5.    Atau pergilah beliau bersembah bakti kehadapan Hyang Acalapati
Biasanya terus menuju Blitar, Timur mengunjungi gunung-gunung permai
Di Daha terutama ke Polaman, ke Kuwu dan Lingga hingga desa Bangin
Jike sampai di Jenggala, singgah di Surabaya, terus menuju Buwun  
6.    Tahun Aksatisurya (1275) sang prabu menuju Pajang membawa banyak pengiring
Tahun Sake angga-naga-aryama (1276) ke Lasem, melintasi pantai samudra
Tahun Sake pintu-gunung-mendengar-indu (1279) ke laut selatan menembus hutan
Lega menikmati pemandangan alam indah Lodaya, Tetu dan Sidemen 
7.    Tahun Saka seekor-naga-menelan bulan (1281) di Badrapada bulan tambah
       Sri Nata pesiar keliling seluruh negara menuju kota Lumajang
       Naik kerata diiring semua raja Jawa serta permaisuri dan abdi     
Menteri, tanda, pendeta, pulangga, semua para pembesar ikut serta 
8.    Juga yang menyamar Prapanca girang turut mengiring paduka Maharaja
       Tak tersangkal girang sang kawi, putera pujangga, juga pencinta kakawin         
Dipilih Sri Baginda sebagai pembesar kebudaan mengganti sang ayah
       Semua pendeta Buda umerak membicarakan tingkah lakunya dulu 
9.    Tingkah sang kawi waktu muda menghadap raja, berkata, berdamping, tak lain
       Maksudnya mengambil hati, agar disuruh ikut beliau ke mana juga
       Namun belum mampu menikmatl alam, membinanya, mengolah dan menggubah
       Karya kakawin; begitu warna desa sepanjang marga terkarang berturut  
10.  Mula-mula melalui Japan dangan asrama dan candi-candi ruk-rebah
       Sebelah timur Tabu, hutan Pandawa, Daluwang, Bebala di dekat Kanci  
Ratnapangkaja serta Kuti Haji Pangkaja memanjang bersambung-sambungan         
Mandala Panjrak, Pongging serta lingan, Kuwu Hanyar letaknya di tepi jalan 
11.  Habis berkunjung pada candi makam Pancasara, menginap di Kapulungan       
Selanjutnya sang kawi bermalam di Waru, di Haring, tidak jauh dari pantai
       Yang mengikuti ketetapan hukum jadi milik kepala asrama Saraya
          
Tetapi masih tetap dalam tangan lain, rindu termenung-menung menunggu

 PARAGRAPH (Pupuh)  -  18

1.    Seberangkat Sri Nata dari Kapulungan, berdesak abdi berarak
       Sepanjang jalan penuh kereta, penumpangnya duduk berimpit-impit       
Pedati di muka dan di belakang, di tengah prajurit berjalan kaki         
Berdesak-desakan, berebut jalan dangan binatang gajah dan kuda  
2.    Tak terhingga jumlah kerata, tapi berbeda-beda tanda cirinya
       Meleret berkelompok-kelompok, karena tiap ment'ri lain lambangnya
       Rakrian sang menteri patih amangkubumi penatang kerajaan
       Keretanya beberapa ratus berkelompok dangan aneka tanda  
3.    Segala kereta Sri Nata Pajang semua bergambar matahari
Semua kereta Sri Nata Lasem bergambar cemerlang banteng putih
Kendaraan Sri Nata Daha bergambar Dahakusuma mas mengkilat
Kereta Sri Nata Jiwana berhias bergas menarik perhatian 
4.    Kereta Sri Nata Wilwatikta tak ternilai, bergambar buah maja
Beratap kain geringsing, bias lukisan mas, bersinar merah indah
Semua pegawal, parameawari raja dan juga rani Sri Sudewi
Ringkasnya para wanita berkereta merah, berjalan paling muka 
5.    Kereta Sri Nata berhias mas dan ratna manikam paling belakang
Jempana-jempana lainnya bercadar beledu, meluap gemerlap
Rapat rampak prajurit pengiring Janggala Kediri, Panglarang, Sedah
Bhayangkari gem'ruduk berbondong-bondong naik gajah dan kuda
6.    Pagi-pagi telah tiba di Pancuran Mungkur; Sri Nata ingin rehat
Sang rakawi menyidat jalan, menuju Sawungan mengunjungi akrab
Larut matahari berangkat lagi tepat waktu Sri Baginda lalu
Ke arah timur menuju Watu Kiken, lalu berhenti di Matanjung 
7.    Dukuh sepi kebudaan deket tepi jalan, pohonnya jarang-jarang
Berbeda-beda namanya Gelanggang, Badung, tidak jauh dari Barungbung
Tak terlupakan Ermanik, dukuh teguh-taat kepada Yanatraya
Puas sang dharmadhyaksa mencicipi aneka jamuan makan dan minum 
8.    Sampai d Kulur, Batang di Gangan Asem perjalanan Sri Baginda Nata
Hari mulai teduh, surya terbenam, telah gelap pukul tujuh malam
Baginda memberi perintah memasang tenda di tengah-tengah sawah

Sudah siap habis makan, cepat-cepat mulai membagi-bagi tempat

 PARAGRAPH (Pupuh)  -  19

1.    Paginya berangkat lagi menuju Baya, rehat tiga hari tiga malam
Dari Baya melalui Katang, Kedung Dawa, Rame, menuju Lampes, Times
Serta biara pendeta di Pogara mengikut jalan pasir lemak-lembut
Menuju daerah Beringin Tiga di Dadap, kereta masih terus lari  
2 .   Tersebut dukuh kasogatan Madakaripura dangan Pemandangan indah
Tanahnya anugerah Sri Baginda kepada Gajah Mada, teratur rapi
Di situlah Baginda menempati pasanggrahan yang tehias sangat bergas
Sementara mengunjungi mata air, dangan r'amah melakukan mandi bakti

 PARAGRAPH (Pupuh)  -  20

1.    Sampai di desa kasogatan Baginda dijamu makan minum
Pelbagai penduduk Gapuk, Sada, Wisisaya, Isanabajra
Ganten, Poh, Capahan, Kalampitan, Lambang, Kuran, Pancar, WePetang
Yang letaknya di lingkungan biara, semua datang menghadap 
2.    Begitu pula desa Tunggilis, Pabayeman ikut berkumpul Termasuk
Ratnabangkaja di Carcan, berupa desa perdikan
Itulah empat belas desa kasogatan yang berakuwu

Sejak dahulu delapan saja yang menghasilkan bahan makanan

 PARAGRAPH (Pupuh)  -  21

1.    Fajar menyingsing berangkat lagi Baginda melalui
Lo Pandak, Ranu Kuning, Balerah, Bare-bare, Dawuhan
Kapayeman, Telpak, Baremi , Sapang serta Kasaduran
Kereta berjalan cepat-cepat menuju Pawijungan 
2.    Menuruni curah, melintasi sawah, lari menuju
Jaladipa, Talapika, Padali, Arnon dan Panggulan
Longsung ke Payaman, Tepasana ke arah kota Rembang

Sampai di Kemirahan yang letaknya di pantai lautan

 PARAGRAPH (Pupuh)  -  22

1.    Di Dampar dan Patunjungan Sri Baginda bercengkerama menyisir tepi lautan
Ke jurusan timur turut pasisir datar, lembut-limbur dilintas kereta
Berhenti beliau di tepi danau penuh teratai, tunjung sedang berbunga
Asyik memandang udang berenang dalam air tenang memperlihatkan dasarnya 
2.    Terlangkahi keindahan air telaga yang lambai-melambai dangan lautan
Danau ditinggalkan, menuju Wadi dan Guntur tersembunyi di tepi jalan
Kasogatan Bajraka termasuk wilayah Taladwaja sejak dulu kala
Seperti juga Patunjungan, akibat perang, belum kembali ke asrama  
3.    Terlintas tempat tersebut, ke timur mengikut hutan sepanjang tepi lautan
Berhenti di Palumbon berburu sebentar, berangkat setelah surya larut
Menyeberangi sungai Rabutlawang yang kebetulan airnya sedang surut
Menuruni curah Balater menuju pantai lautan, lalu bermalam lagi 
4.    Pada waktu fajar manyingsing, menuju Kunir Basini, di Sadang bermalam
       Malam berganti malam Baginda pesiar menikmati alam Sarampuan
       Sepeninggalnya beliau menjelang kota Bacok bersenang-senang di pantai
Heran memandang karang tersiram riak getombang berpancar seperti hujan  
5.      Tapi sang rakawi tidak ikut berkunjung di Bacok, pergi menyidat jalan
Dari Sadeng ke utara menjelang Balung, terus menuju Tumbu dan Habet Galagah,
Tampaling, beristirahat di Renes seraya menanti Baginda

Segera berjumpa lagi dalam perjalanan ke Jayakreta-Wanagriya
6.       

 PARAGRAPH (Pupuh)  -  23

1.    Melalui Doni Bontong, Puruhan, Bacek
Pakisaji, Padangan terus ke Secang
Terlintas Jati Gumelar, Silabango
Ke utara ke Dewa Rame dan Dukun 
2.    Lalu berangkat lagi ke Pakembangan
Di situ bermalam; segera berangkat
Sampailah beliau ke ujung lurah Daya
Yang segera dituruni sampai jurang 
3.    Dari pantai ke utara sepanjang jalan
Sangat sempit, sukar amat dijalani
Lumutnya licin akibat kena hujan
Banyak kereta rusak sebab berlanggar

 PARAGRAPH (Pupuh)  -  24

1.    Terlalu lancar lari kereta melintas Palayangan
Dan Bangkong, dua desa tanpa cerita, terus menuju
Sarana, mereka yang merasa lelah ingin berehat
Lainnya bergegas berebut jalan menuju Surabasa 
2.    Terpalang matahari terbenam berhenti di padang lalang
Senja pun turun, sapi lelah dilepas dari pasangan
Perjalanan membelok ke utara melintas Turayan

Beramai-ramai lekas-lekas ingin mencapai Patukangan

 PARAGRAPH (Pupuh)  -  25

1.    Panjang lamun dikisahkan kelakuan para ment'ri dan abdi
Beramai-ramai Baginda telah sampai di desa Patukangan
Di tepi laut lebar tenang rata terbentang di barat Talakrep
Sebelah utara pakuwuan pesanggrahan Baginda Nata 
2.    Semua menteri, mancanagara hadir di pakuwuan
Juga jaksa Pasungguhan Sang Wangsadiraja ikut menghadap
Para Upapati yang tanpa cela, Para pembesar agama

Panji Siwa dan Panji Buda, faham hukum dan putus sastera

 PARAGRAPH (Pupuh)  -  26

1.    Sang adipati Suradikara memimpin upacara sambutan
Diikuti segenap penduduk daerah wilayah Patukangan
Menyampaikan persembahan, girang bergilir dianugerahi kain
Girang rakyat girang raja, pakuwuan berlimpah kegirangan 
2.    Untuk pemandangan ada rumah dari ujung memanjang ke lautan
Aneka bentuknya, rakit halamannya, dari jauh bagai pulau
Jalannya jembatan goyah kelihatan bergoyang ditempuh ombak

Itulah buatan sang arya bagai persiapan menyambut raja

 PARAGRAPH (Pupuh)  -  27

 1.   Untuk mengurangi sumuk akibat teriknya matahari
       Baginda mendekati permaisuri seperti dewa-dewi
       Para puteri laksana apsari turun dari kahyangan
       Hilangnya keganjilan berganti pandang penuh heran-cengang 
2.    Berbagai-bagai permainan diadakan demi kesukaan
Berbuat segala apa yang membuat gembira penduduk
Menari topeng, bergumul, bergulat, membuat orang kagum

Sungguh beliau dewa menjelma, sedang mengedari dunia

 PARAGRAPH (Pupuh)  -  28

1.    Selama kunjungan di desa Patukangan
Para menteri dari Bali dan Madura
Dari Balumbung kepercayaan Baginda
Menteri seluruh Jawa Timur berkumpul 
2.    Persembahan bulu bekti bertumpah-limpah
Babi, gudel, kerbau, sapi, ayam dan anjing
Bahan kain yang diterima bertumpuk timbun
Para penonton tercengang-cengang, memandang 
3.    Tersebut keesokan hari pagi-pagi
Baginda keluar di tengah-tengah rakyat
Diiringi para kawi serta pujangga

Menabur harta, membuat gembira rakyat

 PARAGRAPH (Pupuh)  -  29

1.    Hanya pujangga yang menyamar Prapanca sedih tanpa upama
Berkabung kehilangan kawan kawi-Buda Panji Kertayasa
Teman bersuka-ria, teman karib dalam upacara agama
Beliau dipanggil pulang, sedang mulai manggubah karya megah 
2.    Kusangka tetap sehat, sanggup mengantar aku ke mana juga
Beliau tahu tempat-tempat mana yang layak pantas dilihat
Supanya sang pujangga ingin mewariskan karya megah indah
Namun mangkatiah beliau, katika aku tiba, tak terduga 
3.    Itulah lantarannya aku turut berangkat ke desa Keta
Meliwati Tal Tunggal, Halalang-panjang, Pacaran dan Bungatan
Sampai Toya Rungun, Walanding, terus Terapas, lalu bermalam

Paginya berangkat ke Lemah Abang, segera tiba di Keta

 PARAGRAPH (Pupuh)  -  30

1.    Tersebut perjalanan Sri Narapati ke arah barat
Segera sampai Keta dan tinggal di sana lima hari
Girang beliau melihat lautan, memandang balai kambang
Tidak lupa menghirup kesenangan lain sehingga puas 
2.    Atas perintah sang arya semua menteri menghadap
Wiraprana bagai kepala, upapati Siwa-Buda            
Mengalir rakyat yang datang sukarela tanpa diundang

Membawa bahan santapan, girang menerima balasan

 PARAGRAPH (Pupuh)  -  31

1.      Keta t’lah ditinggalkan. Jumlah pengiring malah bertambah
Melintasi Banyu Hening, perjalanan sampai Sampora
Terus ke Daleman menuju Wawaru, Gebang, Krebilan
Sampai di Kalayu Baginda berhenti ingin menyekar 
2.   Kalayu adalah nama desa perdikan kasogatan
Tempat candi makam sanak kadang Baginda raja
Penyekaran di makam dilakukan dangan sangat hormat
"Memegat sigi" nama upacara penyekaran itu  
3.    Upacara berlangsung menepati segenap aturan
Mulai dangan jamuan makan meriah tanpa upama
Para patih mengarak Sri Baginda menuju paseban
Genderang dan kendang bergetar mengikuti gerak tandak 
4.    Habis penyekaran raja menghirup segala kesukaan
Mengunjungi desa-desa di sekitarnya genap lengkap
Beberapa malam lamanya berlumba dalam kesukaan
Memeluk wanita cantik dan meriba gadis remaja 
5.    Kalayu ditinggalkan, perjalanan menuju Kutugan
Melalui Kebon Agung, sampai Kambangrawi bermalam
Tanah anugerah Sri Nata kepada Tumenggung Nala
Candinya Buda menjulang tinggi, sangat elok bentuknya 
6.    Perjamuan Tumenggung Empu Nala jauh dari cela
Tidak diuraikan betapa rahap Baginda Nata bersantap
Paginya berangkat lagi ke Halses, B'rurang, Patunjungan
Terus langsung melintasi Patentanan, Tarub dan Lesan

 PARAGRAPH (Pupuh)  -  32

1.    Segera Sri Baginda sampai di Pajarakan, di sana bermalam pat hari
Di tanah lapang sebelah selatan candi Buda beliau memasang tenda
Dipimpin Arya Sujanottoma Para mantri dan pendeta datang menghadap
Menghaturkan pacitan dan santapan, girang menerima anugerah uang 
2.    Berangkat dari situ Sri Baginda menuju asrama di rimba
Segara mendaki bukit-bukit ke arah selatan dan melintasi terusan
Buluh Melalui wilayah Gede, sebentar lagi sampai di asrama Sagara
Letaknya gaib ajaib di tengah-tengah hutan membangkitkan rasa kagum rindu
3.    Sang pujangga Prapanca yang memang senang bermenung tidak selalu menghadap
Girang Melancong ke taman melepaskan lelah melupakan segala duka
Rela melalaikan paseban mengabaikan tata tertib para pendeta
Memburu nafsu menjelajah rumah berbanjar-banjar dalam deretan berjajar 
4.    Tiba di taman bertingkat, di tepi pesanggrahan tempat bunga tumbuh lebat
Suka cita Prapanca membaca cacahan (pahatan) dongan slokanya di dalam cita
Di atas tiap atap terpahat ucapan seloka yang disertai nama
Pancaksara pada penghabisan tempat terpahat samar-samar, menggirangkan 
5.    Pemandiannya penuh lukisan dongengan berpagar batu gosok tinggi
Berhamburan bunga nagakusuma di halaman yang dilingkungi
Andung, karawira, kayu mas, menur serta kayu puring dan selokan lain-lainnya
Kelapa gading kuning rendah menguntai di sudut mengharu-rindu pandangan  
7.      Tiada sampailah kata meraih keindahan asrama yang gaib dan ajaib
Beratapkan hijuk, dari dalam dan luar berkesan kerasnya tata tertib
Semua para pertapa, wanita dan priya, tua-muda, nampaknya bijak
Luput dari cela dan klesa, seolah-olah Siwapada di atas dunia


 PARAGRAPH (Pupuh)  -  33

1.    Habis berkeliling asrama, Baginda lalu dijamu
Para pendeta pertapa yang ucapannya sedap-resap
Segala santapan yang tersedia dalam pertapaan
Baginda membalas harta, membuat mereka gembira 
2.    Dalam pertukaran kata tentang arti kependetaan
Mereka mencurahkan isi hati, tiada tertahan
Akhirnya cengkerma ke taman penuh dangan kesukaan
Kegirang-girangan para pendeta tercengang memandang 
3.    Habis kesukaan memberi isyarat akan berangkat
Pandang sayang yang ditinggal mengikuti langkah yang pergi
Bahkan yang masih remaja puteri sengaja merenung
Batinnya: dewa asmara turun untuk datang menggoda

 PARAGRAPH (Pupuh)  -  34

1.    Baginda berangkat, asrama tinggal berkabung
Bambu menutup mata sedih melepas selubung
Sirih menangis merintih, ayam juga menjerit
Tiung mengeluh sedih, menitikkan air matanya 
2.    Kereta lari cepat, karena jalan menurun
Melintasi rumah dan sawah di tepi jalan
Segera sampai Arya, menginap satu malam
Paginya ke utara menuju desa Ganding 
3.    Para ment'ri mancanegara dikepalai
Singadikera, serta pendeta Siwa-Buda
Membawa santapan sedap dengan upacara
Gembira dibalas Baginda dangan mas dan kain 
4.    Agak lama berhenti seraya istirahat
Mengunjungi para penduduk segenap desa
Kemudian menuju Sungai Gawe, Sumanding

Borang, Banger,  Baremi lalu lurus ke barat

 PARAGRAPH (Pupuh)  -  35

1.    Sampai Pasuruan menyimpang jalan ke selatan menuju Kepanjangan
Menganut jalan raya kereta lari beriring-iring ke Andoh Wawang
Ke Kedung Peluk dan ke Hambal, desa penghabisan dalam ingatan
Segera Beginda menuju kota Singasari bermalam di balai kota 
2.    Prapanca tinggal di sebelah barat Pasuruan lngin terus melancong
Menuju asrama lndarbaru yang letaknya di deerah desa Hujung
Berkunjung di rumah pengawasnya, menanyakan perkara tanah asrama
Lempengan piagam pengukuh diperlihatkan, jelas setelah dibaca 
3.    Isi piagam: tanah datar serta lembah dan gunungnya milik wihara
Begitu pula sebagian Markaman, ladang Balunghura, sawah Hujung
lsi piagam membujuk sang pujangga untuk tinggal jauh dari pura
Bila telah habis kerja di pura, ingin la menyingkir ke lndarbaru 
4.    Sebabnya terburu-buru berangkat setelah dijamu bapa asrama
Karena ingat akan giliran menghadap di balal Singasari
Habis menyekar di candi makam, baginda mengumbar nafsu kesukaan
Menghirup sari pemandangan di Kedung Biru, Kasurangganan dan Bureng

 PARAGRAPH (Pupuh)  -  36

1.    Pada subakala Baginda berangkat ke selatan menuju Kagenengan
Akan berbakti kepada makam batara bersama segala pengiringnya
Harta, perlengkapan, makanan, dan bunga mengikuti jalannya kendaraan
Didahului kibaran bendera, disambut sorak-sorai dari penonton 
2.    Habis penyekaran, narapati keluar, dikerumuni segenap rakyat
Pendeta Siwa-Buda dan para bangsawan berderet-deret di sisi beliau
Tidak diceritakan betapa rahap Baginda bersantap sehingga puas
Segenap rakyat girang menerima anugerah bahan pakaian yang indah

 PARAGRAPH (Pupuh)  -  37

1.    Tersebut keindahan candi makam, bentuknya tiada bertara
Pintu masuk terlalu lebar lagi tinggi, bersabuk dari luar
Di dalam terbentang halaman dangan rumah berderet di tepinya
Ditanami aneka ragam bunga tanjung, nagasari ajaib 
2.    Menara lampai menjulang tinggi di tengah-tengah, tertalu indah
Seperti gunung Meru, dangan arca Batara Siwa di dalamnya
Karena Girinata putera disembah bagai dewa batara
Datu-leluhur Sri Naranata yang disembah di seluruh dunia 
3.    Sebelah selatan candi makam ada candi sunyi terbengkalai
Tembok serta pintunya yang masih berdirl. berciri kasogatan
Lantai di dalam, hilang kakinya bagian barat, tinggal yang timur
Sanggar dan pemujaan yang utuh, bertembok tinggi dari batu merah 
4.    Di sebelah utara, tanah bekas kaki rumah sudahlah rata
Terpencar tanamannya nagapuspa serta talaga di halaman
Di luar gapura pabaktan luhur, tapi telah longsor tanahnya
Halamannya luas tertutup rumput, jalannya penuh dangan lumut 
5.    Laksana perempuan sakit merana lukisannya lesu-pucat
Berhamburan daun cemara yang ditempuh angin, kusut bergelung
Kelapa gading melulur tapasnya pinang letih lusuh merayu
Buluh gading melepas kainnya, layu merana tak ada hentinya 
6.    Sedih mata yang memandang, tak berdaya untuk menyembuhkannya
Kecuali menanti Hayam Wuruk sumber hidup segala makhluk
Beliau mashur bagai raja utama, bijak memperbaiki jagad
Pengasih bagi yang menderita sedih, sungguh titisan batara 
7.    Tersebut lagi, paginya Baginda berkunjung ke candi Kidal
Sesudah menyembah batara, larut hari berangkat ke Jajago
Habis menghadap arca Jina, beliau berangkat ke penginapan

Paginya menuju Singasari, belum lelah telah sampai Bureng

 PARAGRAPH (Pupuh)  -  38

1.    Keindahan Bureng: telaga bergumpal airnya jernih
Kebiru-biruan, di tengah: candi karang bermekala
Tepinya rumah berderet, penuh pelbagai ragam bunga
Tujuan para pelancong penyerap sari kesenangan 
2.    Terlewati keindahannya; berganti cerita narpati
Setelah reda terik matahari, melintas tegal tinggi
Rumputnya tebal rata, hijau mengkilat, indah terpandang
Luas terlihat laksana lautan kecil berombak jurang  
3.    Seraya berkeliling kereta lari tergesa-gesa
Menuju Singasari, segera masuk ke pesanggrahan
Sang pujangga singgah di rumah pendeta Buda, sarjana
Pengawas candi dan silsilah raja, pantas dikunjungi 
4.    Telah lanjut umurnya, jauh melintasi seribu bulan
Setia, sopan, darah luhur, keluarga raja dan mashur
Maski sempurna dalam karya, jauh dari tingkah tekebur
Terpuji pekerjaannya, pantas ditiru k'insafannya 
5.    Tamu mendadak diterima dangan girang dan ditegur:
"Wahai, orang bahagia, pujangga besar pengiring raja
Pelindung dan pengasih keluarga yang mengharap kasih
Jamuan apa yang layak bagi paduka dan tersedia?" 
  1. Maksud kedatangannya: ingin tahu sejarah leluhur
    Para raja yang dicandikan, masih selalu dihadap
    Ceriterakanlah mulai dangan Batara Kagenengan
    ­Ceriterakan sejarahnya jadi put'ra Girinata



 PARAGRAPH (Pupuh)  -  39

1.    Paduka Empuku menjawab :" Rakawi
Maksud paduka sungguh merayu hati
Sungguh paduka pujangga lepas budi
Tak putus menambah ilmu, mahkota hidup 
2.    lzinkan saya akan segera mulai :
Cita disucikan dangan air sendang tujuh
Terpuji Siwa ! Terpuji Girinata !
Semoga terhindar aral, waktu bertutur 
3.    Semoga rakawi bersifat pengampun
Di antara kata mungkin terselib salah
Harap percaya kepada orang tua
Kurang atau lebih janganlah dicela


 PARAGRAPH (Pupuh)  -  36




1.    Pada subakala Baginda berangkat ke selatan menuju Kagenengan
Akan berbakti kepada makam batara bersama segala pengiringnya
Harta, perlengkapan, makanan, dan bunga mengikuti jalannya kendaraan
Didahului kibaran bendera, disambut sorak-sorai dari penonton 
2.    Habis penyekaran, narapati keluar, dikerumuni segenap rakyat
Pendeta Siwa-Buda dan para bangsawan berderet-deret di sisi beliau
Tidak diceritakan betapa rahap Baginda bersantap sehingga puas
Segenap rakyat girang menerima anugerah bahan pakaian yang indah

 PARAGRAPH (Pupuh)  -  37

1.    Tersebut keindahan candi makam, bentuknya tiada bertara
Pintu masuk terlalu lebar lagi tinggi, bersabuk dari luar
Di dalam terbentang halaman dangan rumah berderet di tepinya
Ditanami aneka ragam bunga tanjung, nagasari ajaib 
2.    Menara lampai menjulang tinggi di tengah-tengah, tertalu indah
Seperti gunung Meru, dangan arca Batara Siwa di dalamnya
Karena Girinata putera disembah bagai dewa batara
Datu-leluhur Sri Naranata yang disembah di seluruh dunia 
3.    Sebelah selatan candi makam ada candi sunyi terbengkalai
Tembok serta pintunya yang masih berdirl. berciri kasogatan
Lantai di dalam, hilang kakinya bagian barat, tinggal yang timur
Sanggar dan pemujaan yang utuh, bertembok tinggi dari batu merah 
4.    Di sebelah utara, tanah bekas kaki rumah sudahlah rata
Terpencar tanamannya nagapuspa serta talaga di halaman
Di luar gapura pabaktan luhur, tapi telah longsor tanahnya
Halamannya luas tertutup rumput, jalannya penuh dangan lumut 
5.    Laksana perempuan sakit merana lukisannya lesu-pucat
Berhamburan daun cemara yang ditempuh angin, kusut bergelung
Kelapa gading melulur tapasnya pinang letih lusuh merayu
Buluh gading melepas kainnya, layu merana tak ada hentinya 
6.    Sedih mata yang memandang, tak berdaya untuk menyembuhkannya
Kecuali menanti Hayam Wuruk sumber hidup segala makhluk
Beliau mashur bagai raja utama, bijak memperbaiki jagad
Pengasih bagi yang menderita sedih, sungguh titisan batara 
7.    Tersebut lagi, paginya Baginda berkunjung ke candi Kidal
Sesudah menyembah batara, larut hari berangkat ke Jajago
Habis menghadap arca Jina, beliau berangkat ke penginapan

Paginya menuju Singasari, belum lelah telah sampai Bureng


 PARAGRAPH (Pupuh)  -  38




1.    Keindahan Bureng: telaga bergumpal airnya jernih
Kebiru-biruan, di tengah: candi karang bermekala
Tepinya rumah berderet, penuh pelbagai ragam bunga
Tujuan para pelancong penyerap sari kesenangan 
2.    Terlewati keindahannya; berganti cerita narpati
Setelah reda terik matahari, melintas tegal tinggi
Rumputnya tebal rata, hijau mengkilat, indah terpandang
Luas terlihat laksana lautan kecil berombak jurang  
3.    Seraya berkeliling kereta lari tergesa-gesa
Menuju Singasari, segera masuk ke pesanggrahan
Sang pujangga singgah di rumah pendeta Buda, sarjana ...... (Dang Acarya Ratnamsah)
Pengawas candi dan silsilah raja, pantas dikunjungi 
4.    Telah lanjut umurnya, jauh melintasi seribu bulan
Setia, sopan, darah luhur, keluarga raja dan mashur
Maski sempurna dalam karya, jauh dari tingkah tekebur
Terpuji pekerjaannya, pantas ditiru k'insafannya 
5.    Tamu mendadak diterima dangan girang dan ditegur:
"Wahai, orang bahagia, pujangga besar pengiring raja
Pelindung dan pengasih keluarga yang mengharap kasih
Jamuan apa yang layak bagi paduka dan tersedia?" 
6.    Maksud kedatangannya: ingin tahu sejarah leluhur
Para raja yang dicandikan, masih selalu dihadap
Ceriterakanlah mulai dangan Batara Kagenengan
­Ceriterakan sejarahnya jadi put'ra Girinata

 PARAGRAPH (Pupuh)  -  39

1.    Paduka Empuku menjawab :" Rakawi
Maksud paduka sungguh merayu hati
Sungguh paduka pujangga lepas budi
Tak putus menambah ilmu, mahkota hidup 
2.    lzinkan saya akan segera mulai :
Cita disucikan dangan air sendang tujuh
Terpuji Siwa ! Terpuji Girinata !
Semoga terhindar aral, waktu bertutur 
3.    Semoga rakawi bersifat pengampun
Di antara kata mungkin terselib salah
Harap percaya kepada orang tua
Kurang atau lebih janganlah dicela


 PARAGRAPH (Pupuh)  -  40




1.    Pada tahun Saka lautan dasa bulan (1104) ada raja perwira yuda
Putera Girinata, konon kabarnya, lahir di dunia tanpa lbu
Semua orang tunduk, sujud menyembah kaki bagai tanda bakti
Ranggah Rajasa nama beliau, penggempur musuh pahlawan bijak
2.    Daerah luas sebelah timur gunung Kawi terkenal subur makmur
Di situlah tempat putera sang Girinata menunaikan darmanya
Menggirangkan budiman, menyirnakan penjahat, meneguhkan negara
lbu negara bernama Kutaraja, penduduknya sangat terganggu  
3.    Tahun Saka lautan dadu Siwa (1144) beliau melawan raja Kediri
Sang adiperwira Kretajaya, putus sastra serta tatwopadesa
Kalah, ketakutan, melarikan diri ke dalam biara terpencil
Semua pengawal dan perwira tentara yang tinggal, mati terbunuh
4.    Setelah kalah narapati Kediri, Jawa di dalam ketakutan
Semua raja datang menyembah membawa tanda bakti hasil tanah
Bersatu Janggala Kediri di bawah kuasa satu raja sakti
Cikal bakal para raja agung yang akan memerintah pulau Jawa 
5.      Makin bertambah besar kuasa dan megah putera sang Girinata
Terjamin keselatamatan pulau Jawa selama menyembah kakinya
Tahun Saka muka lautan Rudra (1 149) beliau kambali ke Siwa pada

Dicandikan di Kagenengan bagai Siwa, di Usana bagai Buda


 PARAGRAPH (Pupuh)  -  41

1.    Batara Anusapati, putera Baginda, berganti dalam kekuasaan
Selama pemerintahannya, tanah Jawa kokoh sentosa, bersembah bakti
Tahun Saka perhiasan gunung Sambu (1170) beliau pulang ke Siwaloka
Cahaya beliau diujudkan arca Siwa gemilang di candi makam Kidal 
2.    Batara Wisnuwardana, putera Baginda, berganti dalam kekuasaan
Beserta Narasinga bagai Madawa dangan lndra memerintah negara
Beliau memusnahkan perusuh Linggapati serta segenap pengikutnya
Takut semua musuh kepada beliau, sungguh titisan Siwa di bumi 
3.    Tahun Saka rasa gunung bulan (1176) Batara Wisnu menobatkan puteranya
Segenap rakyat Kediri Janggala berduyun-duyun ke pura mangastubagia
Raja Kertanagara nama gelarannya, tetap demikian seterusnya
Daerah Kutaraja bertambah makmur, berganti nama praja Singasari 
4.    Tahun Saka awan sembilan mengebumikan tanah (1192) raja Wisnu berpulang
Dicandikan di Waleri berlambang arca Siwa, di Jajago arca Buda
Sementara itu Batara Narasingamurti pun pulang ke Surapada
Dicandikan di Wengker, di Kumeper diarcakan bagai Siwa mahadewa 
5.    Tersebut Sri Saginda Kertanagara membinasakan perusuh, penjahat
Bernama Cayaraja, musnah pada tahun Sake naga mengalahkan bulan (1192)
Tahun Saka naga bermuka rupa (1197) beginda menyuruh tundukkan Melayu
Berharap Melayu takut kedewaan beliau, tunduk begitu sahaja

 PARAGRAPH (Pupuh)  -  42

1.    Tahun Saka janma sunyi surya (1202) Baginda raja memberantas penjahat
Mahisa Rangga, karena jahat tingkahnya dibenci seluruh negara
Tahun Saka badan langit surya (1206) mengirim utusan menghancurkan Bali
Setelah kalah rajanya menghadap Baginda sebagai orang tawanan 
2.    Begitulah dari empat jurusan orang lari berlindung di bawah Beginda
Seluruh Pahang, segenap Melayu tunduk menekur di hadapan beliau
Seluruh Gurun, segenap Bakulapura lari mencari perlindungan
Sunda Madura tak perlu dikatakan, sebab sudah terang setanah Jawa 
3.    Jauh dari tingkah alpa dan congkak, Baginda waspada, tawakal dan bijak
Faham akan segala seluk beluk pemerintahan sejak zaman Kali
Karenanya tawakal dalam agama dan tapa untuk teguhnya ajaran Budha

Menganut jejak pare leluhur demi keselamatan seluruh Praja

 PARAGRAPH (Pupuh)  -  43

1.    Menurut kabaran sastra raja Pandawa memerintah sejak zaman Dwapara
Tahun Saka lembu gunung indu tiga (3179) beliau pulang ke Budaloka
Sepeninggalnya datang zaman Kali, dunia murka, timbul huru hara
Hanya batara raja yang faham dalam nam guna, dapat menjaga jagad 
2.    Itulah sebabnya Baginda teguh bakti menyembah kaki Sakyamuni
Teguh tawakal memegang pancasila, laku utama upacara suci
Gelaran Jina beliau yang sangat mashur ialah Sri Jnyanabadreswara
Putus dalam filsafat, ilmu bahasa dan lain pengetahuan agama 
3.    Berlumba-lumba beliau menghirup sari segala ilmu kebatinan
Pertama-tama tantra Subuti diselami, intinya masuk ke hati
Melakukan puja, yoga, samadi demi keselematan seluruh praja
Menghindarkan tenung, mengindahkan anugerah kepada rakyat murba 
4.    Diantara para raja yang lampau tidak ada yang setara beliau
Faham akan nam guna, sastra, tatwopadesa, pengahuan agama
Adil, teguh dalam Jinabrata dan tawakal kepada laku utama
Itulah sebabnya beliau turun-temurun menjadi raja pelindung 
5.    Tahun Saka laut janma bangsawan yama (1214) Saginda pulang ke Jinalaya
Berkat pengetahuan beliau tentang upacara, ajaran agama
Beliau diberi gelaran : Yang Mulia bersemayam di alam Siwa-Buda
Di makam beliau bertegak arca Siwa-Buda terlampau indah permai 
6.    Di Sagala ditegakkan pula arca Jina sangat bagus dan berkesan
Serta arca Ardanareswari bertunggal dangan arca Sri Bajradewi
Teman kerja dan tapa demi keselamatan dan kesuburan negara
Hyang Wairocana-Locana bagai lambangnya pada arca tunggal, terkenal

 PARAGRAPH (Pupuh)  -  44

1.    Tatkala Sri Baginda Kertanagara pulang ke Budabuana
Merata takut, duka, huru hara, laksana zaman Kali kembali
Raja bawahan bernama Jayakatwang, berwatak terlalu jahat
Berkhianat, karena ingin berkuasa diwilayah Kediri  
2.    Tahun Saka laut manusia (1144) itulah sirnanya raja Kertajaya
Atas perintah Siwaputra Jayasaba berganti jadi raja
Tahun Saka delapan satu satu (1180) Sastrajaya raja Kediri
Tahun tiga Sembilan Siwa raja (1193) Jayakatwang raja terakhir  
3.    Semua raja berbakti kepada cucu putera Girinata
Segenap pulau tunduk kepada kuasa raja Kertanagara
Tetapi raja Kediri Jayakatwang membuta dan mendurhaka
Ternyata damai tak baka akibat bahaya anak piara Kali 
4.    Berkat keulungan sastra dan keuletannya jadi raja sebentar
Lalu ditundukkan putera Baginda; ketenteraman kembali
Sang menantu Dyah Wijaya, itu gelarnya yang terkenal di dunia
Bersekutu dangan bangsa Tatar, menyerang melebur Jayakatwang

 PARAGRAPH (Pupuh)  -  45

1.    Sepeninggal Jayakatwang jagad gilang-cemerlang kembali
Tahun Saka masa rupa surya (1216) beliau menjadi raja
Disembah di Majapahit, kesayangan rakyat, pelebur musuh
Bergelar Sri Narapati Kretarajasa Jayawardana 
2.    Selama Kretarajasa Jayawardana duduk di takhta
Seluruh tanah Jawa bersatu padu, tunduk menengadah
Girang memandang pasangan Baginda empat jumlahnya
Puteri Kertanagara cantik-cantik bagal bidadari

 PARAGRAPH (Pupuh)  -  46

1.    Sang Parameswari Tribuwana yang sulung, luput dari cela
Lalu parameswari Mahadewi, rupawan tidak bertara
Prajnyaparamita Jayendradewl, cantik manis menawan hati
Gayatri, yang bungsu, paling terkasih, digelari Rajapatni 
2.    Perkawinan beliau dalam kekeluargaan tingkat tiga
Karena Batara Wisnu dangan Batara Narasingamurti
Akrab tingkat pertama; Narasinga menurunkan Dyah Lembu Tal

Sang perwira yuda, dicandikan di Mireng dangan arca Buda

 PARAGRAPH (Pupuh)  -  47

1.    Dyah Lembu Tal itulah bapa Baginda Nata
Dalam hidup atut runtun sepakat sehati
Setitah raja diturut, menggirangkan pandang
Tingkah laku mereka semua maresapkan 
2.    Tersebut tahun Saka tujuh orang dan surya (1217)
Baginda menobatkan put'ranya di Kediri
Perwira, bijak, pandai, putera lndreswari
Bergelar Sang raja putera Jayanagara 
2.      Tahun Saka surya mengitari tiga bulan (1231)
Sang prabu mangkat, ditanam di dalam pura
Antahpura, begitu nama makam beliau
Dan di makam Simping ditegakkan arca Siwa


 PARAGRAPH (Pupuh)  -  48

1.    Beliau meninggalkan Jayanagara sebagai raja Wilwatikta
Dan dua orang puteri keturunan Rajapatni, terlalu cantik
Bagai dewi Ratih kembar, mengalahkan rupa semua bidadari
Yang sulung jadi rani di Jiwana, yang bungsu jadi rani Daha
2     Tersebut pada tahun Saka mukti gune memaksa rupa (1238) bulan Madu
Baginda Jayanagara berangkat ke Lumajang menyirnakan musuh
Kotanya Pajarakan dirusak, Nambi sekeluarga dibinasakan
Giris miris segenap jagad melihat keperwiraan Sri Baginda
3.    Tahun Saka bulatan memanah surya (1250) beliau beliau berpulang
Segera dimakamkan di dalam pura berlambang arca Wisnuparama
Di Sila Petak dan Bubat ditegakkan arca Wisnu terlalu indah
Di Sukalila terpahat arca Buda sebagai jelmaan Amogasidi 

 PARAGRAPH (Pupuh)  -  49

1.    Tahun Saka Uma memanah dwi rupa (1256)
Rani  Jiwane Wijayatunggadewi
Bergilir mendaki takhta Wilwatikta
Didampingi raja put'ra Singasari 
2.    Atas perintah ibunda Rajapatni
Sumber bahagia dan pangkal kuasa
Beliau jadi pengemban dan pengawas

Raja muda, Sri Baginda Wilwatikta
3.    Tahun Saka api memanah hari (1253)
Sirna musuh di Sadang, Keta diserang
Selama bertakhta, semua terserah
Kepada menteri bijak, Mada namanya 
4.    Tahun Saka panah musim mata pusat (1265)
Raja Bali yang alpa dan rendah budi
Diperangi, gugur bersama balanya
Menjauh segala yang jahat, tenteram 
5.    Begitu ujar Dang Acarya Ratnamsah
Sungguh dan mengharukan ujar Sang Kaki
Jelas keunggulan Baginda di dunia
Dewa asalnya, titisan Girinata 
6.    Barang siapa mendangar kisah raja
Tak puas hatinya, bertambah baktinya
Pasti takut melakukan tindak jahat
Menjauhkan diri dari tindak durhaka  
7.    Paduka Empu minta maaf berkata :
"Hingga sekian kataku, sang rakawi
Semoga bertambah pengetahuanmu
Bagai buahnya, gubahlah puja sastra 
8.    Habis jamuan rakawi dangan sopan
Minta diri kembali ke Singasari
Hari surut sampai pesanggrahan lagi

Paginya berangkat menghadap Baginda

 PARAGRAPH (Pupuh)  -  50





1.    Tersebut Baginda Raja berangkat berburu
Berlengkap dangan senjata, kuda dan kereta
Dangan bala ke hutan Nandawa, rimba belantara
Rungkut rimbun penuh gelagah rumput rampak
2.    Bala bulat beredar membuat lingkaran
Segera siap kereta berderet rapat
Hutan terkepung, terperanjat kera menjerit
Burung ribut beterbangan berebut dulu
3.    Bergabung sorak orang berseru dan membakar
Gemuruh bagaikan deru lautan mendebur
Api tinggi menyala menjilat udara
Seperti waktu hutan Kandawa terbakar 
4.    Lihat rusa-rusa lari lupa daratan
Bingung berebut dahulu dalam rombongan
Takut miris menyebar, ingin lekas lari
Malah menengah berkumpul tumpuk timbun 
5.    Banyaknya bagai banteng di dalam Gobajra
Penuh sesak, bagai lembu di Wresabapura
Celeng, banteng, rusa, kerbau, kelinci
Biawak, kucing, kera, badak dan lainnya
6.    Tertangkap segala binatang dalam hutan
Tak ada yang menentang, semua bersatu
Srigala gagah, yang bersikap tegak-teguh

Berunding dangan singa sebagai ketua

 PARAGRAPH (Pupuh)  -  51

1.    lzinkanlah saya bertanya kepada sang raja satwa
Sekarang raja merayali hutan, apa yang diperbuat ?
Menanti mati sambil berdiri ataukah kita lari
Atau tak gentar serentak melawan, jikalau diserang ? 
2.    Seolah-olah demikian kata srigala dalam rapat
Kiiang, kaswari, rusa dan kelinci serempak menjawab:
"Hemat patik tidak ada jalan lain kecuali lari
Lari mencari keselamatan diri sedapat mungkin" 
3.    Banteng, kerbau, lembu serta harimau serentak berkata:
"Amboi Celaka bang kijang, sungguh binatang hina lemah
Bukanlah sifat perwira lari, atau menanti mati
Melawan dangan harapan menang, itulah kewajiban."
4.    Jawab singa: "Usulmu berdua memang pantas diturut
Tapi harap dibedakan, yang dihadapi baik atau buruk
Jika penjahat, terang kita lari atau kita lawan
Karena sia-sia belaka, jika mati terbunuh olehnya 
5.    Jika kita menghadapi tripeksa, resi Siwa-Buda
Seyogyanya kita ikuti saja jejak sang pendeta
Jika manghadapi raja berburu, tunggu mati saja
Tak usah engkau merasa enggan menyerahkan hidupmu 
6.    Karena raja berkuasa mengakhiri hidup makhluk
Sebagai titisan Batara Siwa berupa narpati
Hilang segala dosanya makhluk yang dibunuh beliau
Lebih utama dari pada terjun ke dalam telaga 
7.    Siapa di antara sesama akan jadi musuhku ?
Kepada tripaksa aku takut, lebih utama menjauh
Niatku, jika berjumpa raja, akan menyerahkan hidup

Mati olehnya, tak akan lahir lagi bagai binatang."

 PARAGRAPH (Pupuh)  -  52

1.    Bagaikan katanya : "Marilah berkumpul
Kemudian serentak maju berdesak
Prajurit darat yang terlanjur langkahnya
Tertahan tanduk satwa, lari kembali 
2.    Tersebut adalah prajurit berkuda
Bertemu celeng sedang berdesuk kumpul
Kasihan !  Beberapa mati terbunuh
Dangan anaknya dirayah tak berdaya 
3.    Lihatlah celeng jalang maju menerjang
Berempat, berlima, gemuk, tinggi. marah
Buas membekos-bekos, matanya merah
Liar dahsyat, saingnya seruncing gotok

 PARAGRAPH (Pupuh)  -  53

1.    Tersebut pemburu kijang rusa riuh seru-menyeru
Ada satu yang tertusuk tanduk, lelah lambat jalannya
Karena luka kakinya, darah deras meluap-luap
Lainnya mati terinjak-injak, menggelimpang kesakitan 
2.    Bala kembali berburu, berlengkap tombak serta lambing
Berserak kijang rusa di samping bangkai bertumpuk timbun
Banteng serta binatang galak lainnya bergerak menyerang
Terperanjat bala raja bercicir lari tunggang langgang 
3.    Ada yang lari berlindung di jurang, semak, kayu rimbun
Ada yang memanjat pohon, ramai mereka berebut puncak
Kasihaniah yang memanjat pohon tergelincir ke-bawah
Betisnya segera diseruduk dangan tanduk, pingsanlah ! 
4.    Segera kawan-kawan datang menolong dangan kereta
Menombak, melembing, menikam, melanting, menjejak-jejak
Karenanya badak mundur, meluncur bardebak gemuruh
Lari terburu, terkejar; yang terbunuh bertumpuk timbun  
5.    Ada pendeta Siwa-Buda yang turut menombak, mengejar
Disengau harimau lari diburu binatang mengancam
Lupa akan segala darma, lupa akan tata sila

Turut melakukan kejahatan, melupakan darmanya

PARAGRAPH (Pupuh)  - 54

1.    Tersebut Baginda telah mengendarai kereta kencana
Tinggi lagi indah ditarik lembu yang tidak takut bahaya
Menuju hutan belentara, mengejar buruan ketakutan
Yang menjauhkan diri lari bercerai-berai meninggalkan bangkai 
2.    Celeng, kaswari, rusa dan kelinci tinggal dalam ketakutan
Baginda berkuda mengejar yang riuh lari bercerai-berai
Menteri, tanda dan pujangga di punggung kuda turut memburu
Binatanq jatuh terbunuh, tertombak, terpotong, tertusuk, tertikam 
3.    Tanahnya luas lagi rata, hutannya rungkut, di bawah terang
Itulah sebabnya kijang dangan mudah dapat diburu kuda
Puaslah hati Baginda, sambil bersantap dihadap pendeta
Bercerita tentang caranya berburu, menimbulkan gelak tawa


 PARAGRAPH (Pupuh)  -  55




1.    Terlangkahi betapa narpati sambil berburu menyerap sari keindahan
Gunung dan hutan, kadang-kadang kepayahan kembali ke rumah perkemahan
Membawa wanita seperti cengkerma; dihutan bagai menggempur negara
Tahu kejahatan satwa, beliau tak berdosa terhadap darma ahimsa 
2.    Tersebut beliau bersiap akan pulang, rindu kepada keindahan pura
Tatkala subakala berangkat menuju Banyu Hanget, Banir dan Talijungan
Bermalam di Wedwawedan, siangnya menuju Kuwarahan, Celong dan Dadamar
Garuntang, Pagar Telaga, Pahanjangan, sampai di situ perjalanan beliau 
3.    Siangnya perjalanan melalui Tambak, Rabut, Wayuha terus ke Balanak
Menuju Pandakan.  Banaragi, sampai Pandamayan beliau lalu bermalam
Kembali ke selatan, ke barat, menuju Jejawar di kaki gunung berapi

Disambut penonton bersorak gembira, menyekar sebentar di candi makam

 PARAGRAPH (Pupuh)  -  56

1.    Adanya candi makam tersebut sudah seiak zaman dahulu
Didirikan oleh Sri Kertanagara, moyang Baginda raja
Di situ hanya jenazah beliau sahaja yang dimakamkan
Kar'na beliau dulu memeluk dua agama Siwa-Buda 
2.    Bentuk candi barkaki Siwa, berpuncak Buda, sangat tinggi
Di dalamnya terdapat arca Siwa, indah tak dapat dinilai
Dan arca Maha Aksobya bermahkota tinggi tidak bertara

Namun telah hilang; memang sudah layak, tempatnya: di Nirwana

 PARAGRAPH (Pupuh)  -  57

1.    Konon kabarnya tepat ketika arca Hyang Aksobya hilang
Ada pada Baginda guru besar, mashur,
Pada Paduka Putus tapa, sopan suci penganut pendeta Sakyamuni
Telah terbukti bagai mahapendeta, terpundi sasantri 
2.    Senang berziarah ke tempat suci, bermalam dalam candi
Hormat mendekati Hyang arca suci, khidmat berbakti sembah
Menimbulkan iri di dalam hati pengawas candi suci
Ditanya, mengapa berbakti kepada arca dewa Siwa 
3.    Pada Paduka menjelaskan sejarah candi makam suci
Tentang adanya arca Aksobya indah, dahulu di atas
Sepulangnya kembali lagi ke candi menyampaikan bakti
Kecewa ! tercengang memandang arca Maha Aksobya hilang 
4.    Tahun Saka api memanah hari (1253) itu hilangnya arca
Waktu hilangnya halilintar menyambar candi ke dalam
Benarkah kabaran pendeta besar bebas dari prasangka
Bagaimana membangun kembali candi tua terbengkalai ? 
5.    Tiada ternilai indahnya, sungguh seperti surga turun
Gapura luar, mekala serta bangunannya serba permai
Hiasan di dalamnya naga puspa yang sedang berbunga
Di sisinya lukisan puteri istana berseri-seri 
  1. Sementara Baginda girang cengkerama menyerap pemandangan
    Pakis berserak sebar di tengah tebat bagai bulu dada
    Ke timur arahnya di bawah terik matahari Baginda

    Meninggalkan candi Pekalongan girang ikut jurang curam




  PARAGRAPH (Pupuh)  -  58




1.    Tersebut dari Jejawa Baginda b'rangkat ke dese Padameyan
Berhenti di Cunggrang, mencahari pemandangan, masuk hutan rindang
Ka arah asrama para pertapa di lereng kaki gunung menghadap jurang
Luang jurang ternganga-nganga ingin menelan orang yang memandang 
2.    Habis menyerap pemandangan, masih pagi kareta telah siap
Ke barat arahnya menuju gunung melalui jalannya dahulu
­Tiba di penginapan Japan, barisan tentara datang menjemput
Yang tinggal di pura iri kepada yang gembira pergi menghadap 
3.    Pukul tiga itulah waktu Baginda bersantap bersama-sama
Paling muka duduk Baginda, lalu dua paman berturut tingkat
Raja Matahun dan Paguhan bersama permaisuri agak jauhan

Di sisi Sri Baginda; terlangkahi berapa lamanya bersantap

PARAGRAPH (Pupuh)  - 59

1.    Paginya pasukan kereta Baginda berangkat lagi
Sang pujangga menyidat jalan ke Rabut, Tugu, Pengiring
Singgah di Pahyangan, menemui kelompok sanak kadang
Dijamu sekadarnya, karena kunjungannya mendadak 
2.    Banasara dan Sangkan Adoh telah lama dilalui
Pukul dua Baginda t'lah sampai di perbatasan kota
Sepanjang jalan berdesak-desak, gajah, kuda, pedati
Kerbau, banteng dan prajurit darat sibuk berebut jalan 
3.    Teratur rapi mereka berjarak di dalam deretan
Narpati Pajang, permaisuri dan pengiring paling muka
Di belakangnya, tidak jauh, berikut Narapati Lasem
Terlampau indah keretanya, menyilaukan yang memandang 
4.    Rani Daha, Rani Wengker semuanya urut belakang
Disusul Rani Jiwana bersama laki dan pengiring
Bagai penutup kereta baginda serombongan besar
Diiring beberapa ribu perwira dan para ment'ri 
5.    Tersebut orang yang rapat rampak menambak tepi jalan
Berjejal ribut menanti kereta Baginda berlintas
Tergopoh-gopoh perempuan ke pintu berebut tempat
Malahan ada yang lari telanjang lepas sabuk kainnya 
6.    Yang jauh tempatnya, memanjat kekayu berebut tinggi
Duduk berdesek-desak di dahan, tak pandang tua muda
        Bahkan ada juga yang memanjat batang kelapa kuning
Lupa malu dilihat orang, karena tepekur memandang 
7.    Gemuruh dangung gong menampung Sri Beginda raja datang
Terdiam duduk merunduk segenap orang di jalanan
Setelah raja lalu, berarak pengiring di belakang

Gajah, kuda, keledai, kerbau berduyun beruntun-runtun

PARAGRAPH (Pupuh)  - 60

1.    Yang berjalan rampak berarak-arak
Barisan pikulan bejalan belakang
Lada, kesumba, kapas, buah kelapa
Buah pinang, asam dan wijen terpikul 
2.    Di belakangnya pemikul barang berat
Sengkeyegan lembat berbimbingan tangan
Kanan menuntun kirik dan kiri genjik
Dangan ayam itik di k'ranjang merunduk 
3.    Jenis barang terkumpul dalam pikulan
Buah kecubung, rebung, s'ludang, cempaluk
Nyiru, kerucut, tempayan, dulang, periuk
Gelaknya seperti hujan panah jatuh 
4.    Tersebut Baginda telah masuk pura
Semua bubar ke rumah masing-masing
Ramai bercerita tentang hal yang lalu

Membuat girang semua sanak kadang


 PARAGRAPH (Pupuh)  -  61




1.      Waktu lalu; Baginda tak lama di istana
Tahun Saka dua gajah bulan (1282) Badrapada
Beliau berangkat menuju Tirib dan Sempur
Nampak sangat banyak binatang di dalam hutan 
2.   Tahun Saka tiga badan dan bulan (1283) Waisaka
Baginda raja berangkat menyekar ke Palah
Dan mengunjungi Jimbe untuk menghibur hati
Di Lawang Wentar, Blitar menenteramkan cita 
3.    Dari Blitar ke selatan jalannya mendaki
Pohonnya jarang, layu lesu kekurangan air
Sampai Lodaya bermalam beberapa hari
Tertarik keindahan lautan menyisir pantai 
4.    Meninggalkan Lodaya menuju desa Simping
Ingin memperbaiki candi makam leluhur
Menaranya rusak, dilihat miring ke barat

Perlu ditegakkan kembali agak ke timur

 PARAGRAPH (Pupuh)  -  62

1.    Perbaikan disesuaikan dangan bunyi prasati, yang dibaca lagi
Diukur panjang lebarnya; di sebelah timur sudah ada tugu Asrama
Gurung-gurung diambil sebagai danah candi makam
Untuk gantinya diberikan Ginting, Wisnurare di Bajradara 
2.    Waktu pulang mengambil jalan Jukung, Jnyanabadran terus ke timur
Berhenti di Bajralaksmi dan bermalam di candi Surabawana
Paginya berangkat lagi, berhenti di Bekel, sore sampai pura

Semua pengiring bersowang-sowang pulang ke rumah masing-masing

 PARAGRAPH (Pupuh)  -  63





1.    Tersebut paginya Sri Naranata dihadap para ment'ri semua
Di muka para arya, lalu pepatih, duduk teratur di manguntur
Patih amangkubumi Gajah Mada tampil ke muka-sambil berkata:
"Baginda akan melakukan kewajiban yang tak boleh-diabaikan 
2.    Atas Perintah sang rani Sri Tribuwana Wijayatunggadewi
Supaya Pesta serada Sri Rajapatni dilangsungkan Sri Baginda
Di istana pada tahun Saka bersirah empat (1284) bulan Badrapada
Semua pembesar dan wreda menteri diharap memberi sumbangan " 
3.    Begitu kata sang patih dangan ramah, membuat gembira baginda
Sorenya datang para pendeta, para budiman, sarjana dan ment'ri
Yang dapat pinjaman tanah dangan Ranediraja sebagai kepala
Bersama-sama membicarakan biaya di hadapan Sri Baginda 
4.    Tersebut sebelum bulan Badrapada menjelang surutnya Srawana
Semua pelukis berlipat giat menghias "tempat singa" di setinggil
Ada yang mengetam baki makanan, bokor-bokoran, membuat arca
Pandai emas dan perak turut, sibuk bekerja membuat persiapan

 PARAGRAPH (Pupuh)  -  64

1 .   Ketika saatnya tiba, tempat telah teratur sangat rapi
Balai witana terhias indah, di hadapan rumah-rumahan
Satu di antaranya berkaki batu karang, bertiang merah
Indah dipandang, samua menghadap ke arah takhta Baginda 
2.    Barat, mandapa dihias janur rumbai, tempat duduk para raja
Utara, serambi dihias berlapis ke timur, tempat duduk
Para isteri, pembesar, menteri, pujangga serta pendeta
Selatan, beberapa serambi berhias bergas untuk abdi 
3.    Demikian persiapan Sri Baginda memuja Buda Sakti
Semua pendeta Buda berdiri dalam lingkaran bagai saksi
Melakukan upacara, dipimpin oleh pendeta Stapaka
Tenang, sopan, budiman faham tentang sastra tiga tantra 
4.    Umumya melintasi seribu bulan, masih belajar tutur
Tubuhnya sudah rapuh, selama upacara harus dibantu
Empu dari Paruh selaku pembantu berjalan di lingkaran
Mudra, mantra, dan japa dilakukan tepat menurut aturan 
5.    Tanggal dua belas nyawa dipanggil dari surga dangan doa
Disuruh kembali atas doa dan upacara yang sempurna
Malamnya memuja arca bunga bagai penampung jiwa mulia

Dipimpin Dang Acarya, mengheringkan cipta, mangucapkan puja

 PARAGRAPH (Pupuh)  -  65

1.    Pagi pumamakala arca bunga dikeluarkan untuk upacara
Gemuruh disambut dangan dangung salung, tambur, terompet serta genderang
Didudukkan di atas singasana, besarnya setinggi orang berdiri
Berderet beruntun-runtun semua pendeta tua muda memuja 
2.    Berikut para raja parameswari dan putera mendekati arca
Lalu para patih dipimpin Gajah Mada maju ke muka berdatang sembah
Para bupati pesisir dan pembesar daerah dari empat penjuru
Habis berbakti sembah, kembali mereka semua duduk rapi teratur 
3.    Sri Nata Paguhan paling dahulu menghaturkan sajian makanan sedap
Bersusun timbun seperti pohon, dan sirih bertutup kain sutera
Persembahan raja Matahun arca banteng putih seperti lembu Nandini
Terus-menerus memuntahkan harta dan makanan dari nganga mulutnya 
4.    Raja Wengker mempersembahkan sajian berupa rumah dangan taman bertingkat
Disertai penyebaran harta di lantai balai besar berhambur-hamburan
Elok persembahan raja Tumapel berupa perempuan cantik mania
Dipertunjukkan selama upacara untuk mengharu-rindukan hati 
5.    Paling hebat persembahan Sri Baginda berupa gunung besar Mandara
Digerakkan oleh sejumlah dewa dan danawa dahsyat menggusarkan pandang
Ikan Tambora besar berlembek-lembak mengebaki kolam bujur lebar
Begaikan sedang mabuk diayun gelombang di tengah-tengeh lautan besar
6.    Tiap hari persajian makanan yang dipersembahkan dibagi-bagi
Agar Para wanita, menteri, pendeta dapat makanan sekenyangnya
Tidak terlangkahi Para kesatria, arya dan Para abdi di pura

Tak putusnya makanan sedap nyaman diedarkan kepada bala tentara

 PARAGRAPH (Pupuh)  -  66

1.    Pada hari keenam pagi Sri Baginda bersiap mempersembahkan persajian
Pun para kesatria dan pembesar mempersembahkan rumah­-rumahan yang terpikul
Dua orang pembesar mempersembahkan perahu yang melukiskan kutipan kidung
Seperahu sungguh besarnya, diiringi gong dan bubar mengguntur menggembirakan 
2.    Esoknya patih Mangkubumi Gajah Mada sore-sore menghadap sambil menghaturkan
Sajian perempuan sedih merintih di bawah nagasari dibelit rajasa
Menteri, arya, bupati, pembesar desa pun turut menghaturkan persajian
Berbagai ragamnya, berduyun-duyun, ada yang berupa perahu, gunung, rumah, ikan .......   
3.    Sunguh-sungguh mengagumkan persembahan Baginda raja pada hari yang ketujuh
Beliau menabur harta, membagi-bagi bahan pakaian dan hidangan makanan
Luas merata kepada empat kasta dan terutama kepada para pendeta
Hidangan jamuan kepada pembesar, abdi dan niaga mengalir bagai air 
4.    Gemeruduk dan gemuruh para penonton dari segenap arah, berdesak-sesak
Ribut berebut tompat melihat peristiwa di balai agung serta para luhur
Sri Nata menari di balai witana khusus untuk para puteri dan para ist'ri
Yang duduk rapat rapi berhimpit, ada yang ngelamun karena tercengang memandang 
5.    Segala macam kesenangan yang menggembirakan hati rakyat diselenggarakan
Nyanyian, wayang, topeng silih berganti setiap hari dangan paduan suara
Tari perang prajurit, yang dahsyat berpukul-pukulan, menimbulkan gelak-mengakak

Terutama derma kepada orang yang menderita membangkitkan gembira rakyat

PARAGRAPH (Pupuh)  -  67

1.    Pesta serada yang diselenggarakan serba meriah dan khidmat
Pasti membuat gembira jiwa Sri Rajapatni yang sudah mangkat
Semoga beliau melimpahkan barkat kepada Baginda raja
Sehingga jaya terhadap musuh selama ada bulan dan surya 
2.    Paginya pendeta Buda datang menghormati, memuja dangan sloka
Arwah Prajnyaparamita yang sudah berpulang ke Budaloka
Segera arca bunga diturunkan kembali dangan upacara
Segala macam makanan dibagikan kepada segenap abdi 
3.    Lodang lega rasa Baginda melihat perayaan langsung lancar
Karya yang masih menunggu, menyempurnakan candi di Kamal Pandak
Tanahnya telah disucikan tahun dahana tujuh surya (1274)

Dangan persajian dan puja kepada Brahma oleh Jnyanawidi


 PARAGRAPH (Pupuh)  -  68




1.    Demikian sejarah Kamal menurut tutur yang dipercaya
Dan Sri Nata Panjalu di Daha, waktu bumi Jawa dibelah
Karena cinta raja Erlangga kepada dua puteranya
2.    Ada pendeta Budamajana putus dalam tantra dan yoga
Diam di tengah kuburan Lemah Citra jadi pelindung rakyat
Waktu ke Bali berjalan kaki, tenang menapak di air lautan
Hyang Mpu Barada nama beliau, faham tentang tiga zaman
3.    Girang beliau menyambut permintaan Erlangga membelah negara
Tapal betas negara ditandai air kendi, mancur dari langit
Dari barat ke timur sampal laut; sebelah utara, selatan
Yang tidak jauh, bagaikan dipisahkan oleh samudera besar 
4.    Turun dari angkasa sang pendeta berhenti di pohon asam
Selesai tugas kendi suci ditaruhkan di dusun Palungan
Marah terhambat pohon asam tinggi yang puncaknya mengait jubah
Mpu Barada terbang lagi, mengutuk asam agar jadi kerdil
5.    Itulah tugu batas gaib, yang tidak akan mereka lalui
Itu pula sebabnya dibangun candi, memadu Jawa lagi
Semoga Baginda serta rakyat tetap tegak, teguh, waspada
Berjaya dalam memimpin negara, yang sudah bersatu pedu

 PARAGRAPH (Pupuh)  -  69

1.    Prajnyaparamitapuri itulah nama candi makam yang dibangun
Arca Sri Rajapatni diberkahi oleh Sang pendeta Jnyanawidi
Telah lanjut usia, faham akan tantra, menghimpun ilmu agama
Laksana titisan Empu Barada, menggembirakan hati Baginda 
2.    Di Bayalangu akan dibangun pula candi makam Sri Rajapatni
Pendeta Jnyanawidi lagi yang ditugaskan memberkahi tanahnya
Rencananya telah disetujui oleh sang menteri demung Boja
Wisesapura namanya, jika candi sudah sempurna dibangun
3.    Candi makam Sri Rajapatni tersohor sebegai tempat keramat
Tiap bulan Badrapada disekar oleh para menteri dan pendeta
Di tiap daerah rakyat serentak membuat peringatan dan memuja

ltulah suarganya, berkat berputera, bercucu narendra utama


 PARAGRAPH (Pupuh)  -  70




1.    Tersebut pada tahun Saka angin delapan utama (1285)
Baginda menuju Simping demi pemindahan candi makam
Siap lengkap sagala persajian tepat menurut adat
Pengawasnya Rajaparakrama memimpin upacara 
2.    Faham tentang tatwopadesa dan kepercayaan Siwa
Memangku jabatannya semenjak mangkat Kertarajasa
Ketika menegakkan menara dan mekala gapura
Bangsawan agung Arya Krung, yang diserahi menjaganya 
3.    Sekembalinya dari Simping, segera masuk ke pura
Terpaku mendangar Adimenteri Gajah Mada gering
Pernah mencurahkan tenaga untuk keluhuran Jawa

Di pulau Bali serta kota Sadeng memusnahkan musuh

 PARAGRAPH (Pupuh)  -  73





1.    Baginda makin keras berusaha untuk dapat bertindak lebih bijak
Dalam pengadilan tidak serampangan, tapi turut mengikut undang-undang
Adil segala keputusan yang diambil, semua pihak merasa puas
Mashur nama beliau, mampu menembus jaman, sungguhlah titisan batara 
2.    Candi makam serta bangunan para leluhur sejak zaman dahulu kala
Yang belum siap diselesaikan, dijaga dan dibina dangan saksama
Yang belum punya prasasti, disuruh buatkan piagam pada ahli sastra
Agar kelak jangan sampai timbul perselisihan, jikalau sudah temurun 
3.    Jumlah candi makam raja seperti berikut, mulai dangan Kagenengan
Disebut pertama karena tertua: Tumapel, Kidal, Jajagu, Wedwawedan
Di Tuban,
Pikatan, Bakul, Jawa-jawa, Antang, Trawulan, Kalang Brat dan Jago
Lalu Balitar, Sila Petak, Ahrit, Waleri, Bebeg, Kukap, Lumbang dan Puger

 PARAGRAPH (Pupuh)  -  74

1.    Makam rani: Kamal Pandak, Segala, Simping
       Sri Ranggapura serta candi Budi Kuncir
       Bangunan baru Prajnyaparamitapuri
       Di Bayalangu yang baru saia dibangun 
2.    Itulah dua puluh tujuh candi raja
       Pada Saka tujuh guru candra (1287) bulan Badra
       Dijaga petugas atas perintah raja
       Diawasi oleh pandeta ahli sastra

 PARAGRAPH (Pupuh)  -  75

1.    Pembesar yang bertugas mengawasi seluruhnya sang Wiradikara
       Orang utama, yang saksama dan tawakal membina semua candi
       Setia kepada Baginda, hanya memikirkan kepentingan bersama
       Segan mengambil keuntungan berapa pun penghasilan candi makam 
2.    Desa-desa perdikan ditempatkan di bawah perlindungan Baginda
Darmadyaksa kasewan bertugas membina tempat ziarah dan pemujaan
Darmadyaksa kasogatan disuruh menjaga biara kebudaan
Menteri ber-haji bertugas memelihara semua pertapaan


 PARAGRAPH (Pupuh)  -  76




1.    Desa perdikan Siwa yang bebas dari pajak: biara relung Kunci, Kapulungan
Roma, Wwatan, Iswaragreha, Palabdi, Tanjung, Kutalamba, begitu pula Taruna
Parhyangan, Kuti Jati, Candi Lima, Nilakusuma, Harimandana, Uttamasuka
Prasada-haji, Sadang, Panggumpulan, Katfsanggraha, begitu pula Jayasika 
2.    Tak ketinggalan: Spatika, Yang Jayamanalu, Haribawana, Candi Pangkal, Pigit
Nyudonta, Katuda, Srangan, Kapukuran, Dayamuka, Kalinandana, Kanigara
Rambut, Wuluhan, Kinawung, Sukawijaya, dan lagi Kajaha, demikian pula
Campen, Ratimanatasrama, Kula, Kaling, ditambah sebuah lagi Batu Putih 
3.    Desa perdikan kasogatan yang babas dari pajak: Wipula.Nara, Kutahaji
Janatraya, Rajadanya, Kuwanata, Surayasa, Jarak, Lagundi, serta Wadari
Wewe Pacekan, Pasaruan, Lemah Surat, Pamanikan, Srangan serta Pangiketan
Panghawan, Damalong, Tepasjite, Wanssrama, Jenar, Samudrawela dan Pamulang  
4.    Baryang, Amretawardani, Watiwatih, Kawinayan, Patemon, serta Kanuruhan
Engtal, Wengker, Banyu Jiken, Batabata, Pagagan, Sibok dan Padurungan
Pindatuha, Telang, Suraba, itulah yang terpenting, sebuah lagi Sukalila

Tak disebut perdikan tambahan seperti Pogara, Kulur, Tangkil dan sebagainya

 PARAGRAPH (Pupuh)  -  77

1.    Selanjutnya disebut berturut desa kebudaan Bajradara:
Isanabajra, Neditata, Mukuh, Sambang, Tanjung, Amretasaba
Bangbang, Bodimula, Waharu Tampak, serta Puruhan dan Tadara
Tidak Juga terlangkahi Kumuda, Ratna serta Nadinagara 
2.    Wungajaya, Palandi, Tangkil, Asahing, Samici serta Acitahen
Nairanjana, Wijayawaktra, Mageneng, Pojahan dan Balamasin
Krat, Lemah Tulis, Ratnepangkaya, Panumbangan, serta Kahuripan
Ketaki, Telaga Jambala, Jungul ditambah lagi Wisnuwala 
3.    Badur, Wirun, Wungkilur, Mananggung, Watukura serta Bajrasane
Pajambayan, Salenten, Simapura, Tambak Laleyan, Pilanggu
Pohaji, Wangkali, Biru.  Lembah, Dalinan, Pangadwan yang terakhir

ltulah desa kebudaan Bajradara yang sudah berprasasti

 PARAGRAPH (Pupuh)  -  78

1.    Desa keresian seperti berikut: Sampud, Rupit dan Pilan
Pucangan, Jagadita, Pawitra, masih sebuah lagi Butun
Di situ terbantang taman, didirikan lingga dan saluran air
Yang Mulia Mahaguru - demikian sebutan beliau -
2.    Yang diserahi tugas menjaga sejak dulu menurut piagam
Selanjutnya desa perdikan tanpa candi, di antaranya yang penting
Bangawan, Tunggal, Sidayatra, Jaya Sidahajeng, Lwah Kali dan Twas
Wesista, Palah, Padar, Siringan, itulah desa perdikan Siwa 
3.    Wangjang, Bajrapura, Wanara, Makiduk, Hanten, Guha dan Jiwa
Jumpud, Soba, Pamuntaran, dan Baru, perdikan Budha utama
Kajar, Dana Hanyar, Turas, Jalagiri, Centing, Wekas
Wardira, Wandayan, Gatawang, Kulanipayan dan Talu, pertapaan resi 
4.    Desa perdikan Wisnu berserak di Batwan serta Kamangslan
Batu, Tanggullan, Dakulut, Galuh, Makalaren, itu yang panting
Sedang, Medang, Hulun Hyam, Parung, Langge, Pasaian. Kelut, Andelmat
Paradah, Goneng, Panggawan, sudah sejak lama bebas pajak 
5.    Terlewati segala dukuh yang terpencar di seluruh Jawa
Begitu pula asrama tatap yang bercandi serta yang tidak
Yang bercandi menerima bantuan tetap dari baginda raja

Begitu juga dukuh pengawas, tempat belajar upacara

 PARAGRAPH (Pupuh)  -  79

1.    Telah diteliti sejarah berdirinya segala desa di Jawa
Perdikan, candi, tanah pusaka, daerah dewa, biara dan dukuh
Yang berpiagam dipertahankan; yang tidak segera diperintahkan
Pulang kepada dewan desa di hadapan Sang Arya Ranadiraja 
2.    Segenap desa sudah diteliti menurut perintah Raja Wengker
Raja Singasari bertitah mendaftar jiwa serta seluk-salurannya
Petugas giat menepati perintah, berpegang kepada aturan
Segenap penduduk Jawa patuh mengindahkan perintah Baginda raja 
3.    Semua tata aturan patuh diturut oleh pulau Bali
Candi, asrama, pesanggrahan telah diteliti sejarah tegaknya
Pembesar kebudhaan Badahulu, Badaha Lo Gajah ditugaskan

Membina segenap candi, bekerja rajin dan mencatat semuanya

PARAGRAPH (Pupuh)  -  80

1.    Perdikan kabudaan Bali seperti berikut; biara Baharu (hanyar)
Kadikaranan, Purvanagara, Wiharabahu, Adiraja, Kuturan
Itulah enam kebudaan Bajradara, biara kependetaan
Terlangkahi biara dangan bantuan negara seperti Arya-dadi  
2.    Berikut candi makam di bukit Sulang, Lemah Lampung, dan Anyawasuda
Tatagatapura, Grehastadara, sangat mashur, dibangun atas piagam

Pada tahun Saka angkasa rasa surya (1260) oleh Sri Baginda Jiwana
Yang memberkahi tanahnya, membangun candinya: upasaka wreda mentri 
3.    Semua perdikan dangan bukti prasasti dibiarkan tetap berdiri
Terjaga dan terlindungi segala bangunan setiap orang budiman
Begitulah tabiat raja utama, berjaya, berkuasa, perkasa
Semoga kelak para raja sudi membina semua bangunan suci 
4.    Maksudnya agar musnah semua durjana dari muka bumi Laladan
Itulah tujuan melintas, menelusur dusun-dusun sampai di tepi laut
Menenteramkan hati pertapa, yang rela tinggal di pantai, gunung dan hutan

Lega bertapa brata dan bersamadi demi kesejahteraan negara


 PARAGRAPH (Pupuh)  -  81




1.    Besarlah minat Baginda untuk tegaknya tripaksa
Tentang piagam beliau bersikap agar tetap diindahkan
Begitu pula tentang pengeluaran undang-undang, supaya
Laku utama, tata sila dan adat-tutur diperhatikan 
2.    ltulah sebabnya sang caturdwija mengejar laku utama
Resi, Wipra, pendeta Siwa Buda teguh mengindahkan tutur
Catur asrama terutama catur basma tunduk rungkup tekun
Melakukan tapa brata, rajin mempelajari upacara 
3.    Semua anggota empat kasta teguh mengindahkan ajaran
       Para menteri dan arya pandai membina urusan negara
     Para puteri dan satria berlaku sopan, berhati teguh
     Waisya dan Sudra dangen gembira menepati tugas darmanya 
4.    Empat kasta yang lahir sesuai dengan keinginan Hyang Maha Tinggi
Konon tunduk rungkup kepada kuasa dan perindah Baginda
Teguh tingkah tabiatnya, juga ketiga golongan terbawah

Candala, Mleca dan Tuca mencoba mencabut cacad-cacadnya

 PARAGRAPH (Pupuh)  -  82

1.    Begitulah tanah Jawa pada zaman pemerintahan Sri Nata
Penegakan bangunan-bangunan suci membuat gembira rakyat
Baginda menjadi teladan di dalam menjalankan enam darma
Para ibu kagum memandang, setuju dangan tingkah laku sang prabu 
2.    Sri Nata Singasari membuka ladang luas di daerah Sagala
Sri Nata Wengker membuka hutan Surabana, Pasuruan, Pajang
Mendirikan perdikan Buda di Rawi, Locanapura, Kapulungan
Baginda sendiri membuka ladang Watsari di Tigawangi 
2.      Semua menteri mengenyam tanah palenggahan yang cukup luas
Candi, biara dan lingga utama dibangun tak ada putusnya
Sebagai tanda bakti kepada dewa, leluhur, para pendeta

Memang benar budi luhur tertabur mengikuti jejak Sri Nata



 PARAGRAPH (Pupuh)  -  83




1.    Begitulah keluhuran Sri Baginda Ekanata di Wilwatikta
Terpuji bagaikan bulan di musim gugur, terlalu indah terpandang
Durjana laksana tunjung merah, sujana seperti teratai putih
Abdi, harta, kereta, gajah, kuda berlimpah-limpah bagai samudera 
2.    Bertambah mashur keluhuran pulau Jawa di seluruh jagad raya
Hanya Jambudwipa dan pulau Jawa yang disebut negara utama
Banyak pujangga dan dyaksa sarta para upapati, tujuh jumlahnya
Panji Jiwalekan dan Tengara yang menonjol bijak di dalam kerja 
3.    Mashurlah nama pendeta Brahmaraja bagai pujangga, ahli tutur
Putus dalem tarka, sempurna dalam seni kata serta ilmu naya
Hyang brahmana, sopan, suci, ahli weda, menjalankan nam laku utama
Satara Wisnu dengan cipta dan mentera membuat sejahtera negara
4.    Itulah sebabnya berduyun-duyun tamu asing datang berkunjung
Dari Jambudwipa, Kamboja, Cina, Yamana, Campa dan Kamataka
Goda serta Siam mengarungi lautan bersama para pedagang
Resi dan pendeta, semua merasa puas, menetap dengan senang
5.    Tiap bulan Palguna Sri Nata dihormat di seluruh negara
Berdesak-desak para pembesar, empat penjuru, para prabot desa
Hakim dan pembantunya, bahkan pun dari Bali mengaturkan upeti
Pekan penuh sesak pembeli penjual, barang terhampar di dasaran
6.    Berputar keliling gamelan dalam tanduan diarak rakyat ramai
Tiap bertabuh tujuh kali, pembawa sajian menghadap ke pura
Korban api, ucapan mantra dilakukan para pendeta Siwa-Buda

­Mulai tanggal delapan bulan petang demi keselamatan Baginda

PARAGRAPH (Pupuh)  -  84

1.    Tersebut pada tanggal patbelas bulan petang Baginda berkirap
Selama kirap keliling kota busana Baginda serba kencana
Ditatang jampana kencana, panjang berarak beranut runtun
Menteri, sarjana, pendeta beriring dalam pakaian seragam 
2.    Mengguntur gaung gong dan salung, disambut terompet meriah sahut-menyahut
Bergerak barisan pujangga menampung beliau dangan puja sloka
Gubahan kawi raja dari pelbagai kota dari seluruh Java
Tanda bukti Baginda perwira bagai Rama, mulia bagai Sri Kresna 
3.    Telah naik Baginda di takhta mutu-manikam, bergebar pancar sinar
Seolah-olah Hyang Trimurti datang mengucapkan puji astuti
Yang nampak, semua serba mulia, sebab Baginda memang raja agung
Serupa jelmaan Sang Sudodanaputera dari Jina bawana 
4.    Sri Nata Pajang dangan sang permaisuri berjalan paling muka
Lepas dari singasana yang diarak pengiring terlalu banyak
Menteri Pajang dan Paguhan serta pengiring jadi satu kelompok
Ribuan jumiahnya, berpakaian seragam membawa panji dan tunggul 
5.    Raja Lasem dangan permaisuri serta pengiring di belakangnya
Lalu raja Kediri dangan permaisuri serta menteri dan tentara
Berikut Maharari Jiwana dangan suami dan para pengiring
Sebagal penutup Beginda dan para pembesar seluruh Jawa 
6.    Penuh berdesak sesak para penonton ribut berebut tempat
Di tepi jalan kareta dan pedati berjajar rapat memanjang
Tiap rumah mengibarkan bendera, dan panggung membujur sangat panjang
Penuh sesak perempuan tua muda, berjejal berimpit-impitan 
7.      Rindu sendu hatinya seperti baru pertema kali menonton
Terlangkahi peristiwa pagi, waktu Baginda mendaki setinggil
Pendeta menghaturkan kendi berisi air suci di dulang berukir

Menteri serta pembesar tampil ke muka menyembeh bersama-sama



 PARAGRAPH (Pupuh)  -  85




1.    Tanggal satu bulan Caitra bala tentara berkumpul bertemu muka
Menteri, perwira, para arya dan pembantu raja semua hadir
Kepala daerah, ketua desa, para tamu dari luar kota
Begitu pula para kesatria, pendeta dan brahmana utama 
2.    Maksud pertemuan agar para warga mengelakkan watak jahat
Tetapi menganut alaran Rajakapakapa, dibaca tiap Caitra
Menghindari tabiat jahat, seperti suka mengambil milik orang
Memiliki harta benda dewa, demi kesetamaten masyarakat

 PARAGRAPH (Pupuh)  -  86

1.    Dua hari kemudian berlangsung perayaan besar
Di utara kota terbentang lapangan bernama Bubat
Sering dikunjungi Baginda, naik tandu bersudut singa
Diarak abdi berjalan, membuat kagum tiap orang 
2.    Bubat adalah lapangan luas lebar dan rata
Membentang ke timur setengah krosa sampai jalan raya
Dan setengah krosa ke utara bertemu tebing sungai
Dikelilingi bangunan menteri di data kelompok 
3.    Menjulang sangat tinggi bangunan besar di tengah padang
Tiangnya penuh berukir dangan isi dongengan parwa
Dekat di sebelah baratnya bangunan serupa istara

Tempat menampung Baginda di panggung pada bulan Caitra

 PARAGRAPH (Pupuh)  -  87

1.    Panggung berjajar membujur ke utara rnenghadap barat
Bagian utara dan selatan untuk raja dan arya
Para menteri dan dyaksa duduk teratur menghadap timur
Dangan pemandangan bebas luas sepanjang jalan raya 
2.    Di situlah Beginda memberi rakyat santapan mata:
Pertunjukan perang tending, perang pukul, desuk-mendesuk
Perang keris, adu tinju, tarik tambang, menggembirakan
Sampai tiga empat hari lamanya baru selesai
3.    Seberangkat Baginda, sepi lagi, panggungnya dibongkar
Segala perlombaan bubar; rakyat pulang bergembira
Pada Caitra bulan petang Baginda menjamu para pemenang

Yang pulang menggondol pelbagai hadiah bahan pakaian

 PARAGRAPH (Pupuh)  -  88

1.    Segenap ketua desa dan wadana tetap tinggal, paginya mereka
Dipimpin Arya Ranadikara menghadap Baginda minta diri di pura
Bersama Arya Mahadikara, kepala pancatanda dan padelegan
Sri Baginda duduk di atas takhta, dihadap para abdi dan pembesar 
2.    Berkatalah Sri nata Wengker di hadapan para pembesar dan wadana:
"Wahai, tunjukkan cinta serta setya baktimu kepada Baginda raja
Cintailah rakyat bawahanmu dan berusahalah memajukan dusunmu
Jambatan, jalan raya, beringin, bangunan dan candi supaya dibina 
3.    Terutama dataran tinggi dan sawah, agar tetap subur, peliharalah
Perhatikan tanah rakyat, jangan sampai jatuh di tangan petani besar
Agar penduduk jangan sampai terusir dan mengungsi ke desa tetangga
Tepati segala peraturan untuk membuat desa bertambah besar 
4.    Sri nata Kertawardhana setuju dangan anjuran memperbesar desa
"Harap dicatat nama penjahat dan pelanggaran setiap akhir bulan
Bantu pemeriksaan tempat durjana, terutama pelanggar susila
Agar bertambah kekayaan Baginda demi kesejahteraan negara 
5.    Kemudian bersabda Baginda Nata Wilwatikta memberi anjuran: 
"Para budiman yang berkunjung kemari, tidak boleh dihalang-halangli
Rajakarya, terutama bea-cukai, pelawang, supaya dilunasi 

Jamuan kepada Para tetamu budiman supaya diatur pantas

 PARAGRAPH (Pupuh)  -  89

1.    Undang-undang sejak pemerintahan ibunda harus ditaati
Hidangan makanan sepanjang hari harus dimasak pagi-pagi
Jika ada tamu loba tamak mengambil makanan, merugikan
Biar mengambilnya, tetapi laporkan namanya kepada saya 
2.    Negara dan desa berhubungan rapat seperti singa dan hutan
Jika desa rusak, negara akan kekurangan bahan makanan
Kalau tidak ada tentara, negara lain mudah menyerang kita
Karenanya peliharalah keduanya, itu perintah saya !" 
3.    Begitu perintah Baginda kepada wadana, yang tunduk mengangguk
Sebagai tanda mereka sanggup mengindahkan perintah beliau
Menteri, upapati serta para pembesar menghadap bersama
Tepat pukul tiga mereka berkumpul untuk bersantap bersama
4.    Bangunan sebelah timur laut telah dihiasi gilang cemerlang
Di tiga ruang para wadana duduk teratur menganut sudut
Santapan sedap mulai dihidangkan di atas dulang serba emas
Segera deretan depan berhadap-hadapan di muka Baginda 
5.    Santapan terdiri dari daging kambing, kerbau, burung, rusa, madu
lkan, telur, domba, menurut adat agama dari zaman purba
Makanan pantangan : daging anjing, cacing, tikus, keledai dan katak

Jika dilanggar, mengakibatkan hinaan musuh, mati dan noda

 PARAGRAPH (Pupuh)  -  90

1.    Dihidangkan santapan untuk orang banyak
Makanan serba banyak serta serba sedap
Berbagai-bagai ikan laut dan ikan tambak
Berderap cepat datang menurut acara 
2.    Daging katak, cacing, keledai, tikus, anjing
Hanya dihidangkan kepada para penggemar
Karena asalnya dari pelbagai desa
Mereke diberi kegemaran, biar puas 
3.    Mengalir pelbagai minuman keras segar
Tuak nyiur, tal, arak kilang, brem, tuak rumbya
ltulah hidangan minuman yang utama
Wadahnya emas berbentuk aneka ragam 
4.    Porong dan guci berdiri terpencar-pencar
Berisi minuman keras dari aneka bahan
Beredar putar separti air yang mengalir
Yang gemar, minum sampai muntah serta mabuk 
5.    Meluap jamuan Baginda dalam pesta
Hidangan mengalir menghampiri tetamu
Dangan sabar segala sikap diizinkan
Penyombong, pemabuk jadi buah gelak tawa 
6.    Merdu merayu nyanyian para biduan
Melagukan puji-pujian Sri Baginda
Makin deras peminum melepaskan nafsu

Habis lalu waktu, berhenti gelak-gurau

 PARAGRAPH (Pupuh)  -  91

1.    Pembesar daerah ingin membadut dangan para lurah
Diikuti lagu, sambil bertandak memilih pasangan
Polah tingkahnya menarik gelak, menggelikan pandangan
Itulah sebabnya mereka memperoleh hadiah kain 
2.    Disuruh menghadap Baginda, diajak minum bersama
Menteri upapati berurut minum bergilir menyanyi
Nyanyian Manghuri Kandamuhi dapat sorak pujian
Beginda berdiri, mengimbangi ikut melaras lagu 
3.    Tercerngang dan terharu hadirin mendangar swara merdu
Semarbak meriah bagai gelak merak di dahan kayu
Seperti madu bercampur dangan gula terlalu sedap manis
Resap mengharu kalbu bagai desiran buluh perindu 
4.    Arya Ranadikara lupa bahwa Baginda berlagu
Bersama Arya Mahadikara mendadak berteriak
Bahwa para pembesar ingin beliau manari topeng

"Ya !" jawab beliau, segera masuk untuk persiapan 
5.    Sri Kertawardana tampil ke depan menari panjak
Bergegas lekas panggung disiapkan di tengah mandapa
Sang permaisuri berhias jamang laras menyanyikan lagu
Luk suaranya mengharu rindu, tingkahnya memikat hati 
6.    Bubar mereka itu, ketika Sri Baginda keluar
Lagu rayuan Baginda bergetar menghanyutkan rasa
Diiringkan rayuan sang permaisuri rapi rupendah
Resap meremuk rasa merasuk tulang sungsum pendangar 
7.    Sri Baginda warnawan telah mengenakan tampuk topeng
Delapan pengiringnya di belakang, bagus, berges pantas
Keturunan arya, bijak, cerdas, sopan tingkah lakunya
Itulah sebabnya banyolannya selalu tepat kena 
8.    Tari Sembilan orang telah dimulai dangan banyolan
Gelak tawa terus-menerus, sampai perut kaku beku
Babak yang sedih meraih tangis, mengaduk haru dan rindu
Tepat mengenai sasaran, menghanyutkan hati penonton
  1. Silam matahari waktu lingsir perayaan berakhir
    Para pembesar minta diri mencium duli paduka
    Katanya: "Lenyap duka oleh suka, hilang dari bumi !"

    Terlangkahi pujian Baginda waktu masuk istana


 PARAGRAPH (Pupuh)  -  92

1.    Begitulah suka mulia Baginda raja di pura, tercapai segala cita
Terang Baginda sangat memperhatikan kesejahteraan rakyat dan negara
Meskipun masih muda, dangan suka rela berlaku bagai titisan Buda
Dangan laku utama beliau memadamkan api kejahatan durjana 
2.    Terus membubung ke angkasa kamashuran dan keperwiraan Sri Baginda
Sungguh beliau titisan Batara Girinata untuk menjaga buana
Hilang dosanya orang yang dipandang, dan musnah letanya abdi yang disapa 
3.    Itulah sebabnya keluhuran beliau mashur terpuji di tiga jagad
Semua orang tinggi, sedang, dan rendah menuturkan kata-kata pujian
Serta berdoa agar Baginda tetap subur bagai gunung tempat berlindung
Berusia panjang sebagai bulan dan matahari cemerlang menerangi bumi

 PARAGRAPH (Pupuh)  -  93





1.    Semua pendeta dari tanah asing menggubah pujian Beginda
Sang pandeta Budaditya menggubah rangkaian seloka Bogawali
Tempat tumpah darahnya Kancipuri di Sadwihara di Jambudwipa
Brahmana Sri Mutali Sahardaya menggubah pujian seloka indah 
2.    Begitu pula para pendeta di Jawa, pujangga, sarjana sastra
Bersama-sama merumpaka seloka puja sastra untuk nyanyian
Yang terpenting puja sastra di prasasti, gubahan upapati Sudarma
          
Berupa kakawin, hanya, boleh diperdangarkan di dalam istana


 PARAGRAPH (Pupuh)  -  94




1.    Mendangar pujian para pujangga pura bergetar mencakar udara
Prapanca bangkit turut memuji Baginda, meski tak akan sampai pura
Maksud puiiannya, agar Baginda gembira jika mendangar gubahannya
Berdoa demi kesejahteraan negara, terutama Baginda dan rakyat 
2.    Tahun Saka gunung gajah budi dan janma (1287) bulan Aswina hari purnama
Siaplah kakawin pujaan tentang perjalanan jaya keliling negara
Segenap desa tersusun dalam rangkaian, pantas disebut desawarnana
Dangan maksud, agar Saginda ingat jika membaca hikmat kalimat 
3.    Sia-sia lama bertekun menggubah kakawin menyurat di atas daun lontar
Yang partama "Tahun Saka", yang kedua "Lambang" kemudian "Parwasegare"
Berikut yang keempat "Bismacarana", akhirnya cerita "Sugataperwa"
Lambang dan Tahun Saka masih akan diteruskan, sebab memang belum siap 
4.    Meskipun tidak semahir para pujangga di dalam menggubah kakawin
Terdorong cinta bakti kepada Baginda, ikut membuat puja sastra
Berupa karya kakawin, sederhana tentang rangkaian sejarah desa
Apa boleh buat harus berkorban rasa, pasti akan ditertawakan

PARAGRAPH (Pupuh)  -  95

1.    Nasib badan dihina oleh para bangsawan, canggung tinggal di dusun
Hati gundah kurang senang, sedih, rugi tidak mendangar ujar ..... manis
Teman karib dan orang budiman meninggalkan tanpa belas kasihan
Apa gunanya mengenal ajaran kasih, jika tidak diamalkan ? 
2.    Karena kemewahan berlimpah, tidak ada minat untuk beramal
Buta, tuli, tak nampak sinar memancar dalam kesedihan, kesepian
Seyogyanya ajaran sang Mahamuni diresapkan bagai pegangan
Mengharapkan kasih yang tak kunjung datang, akan membawa mati muda 
3.    Segera bertapa brata di lereng gunung, masuk ke dalam hutan
Membuat rumah dan tempat persajian di tempat sepi dan bertapa
Halaman rumah ditanami pohon kamala, asana, tinggi-tinggi         
Memang Kamalasana nama dukuhnya sudah sejak lama dikenal

PARAGRAPH (Pupuh)  -  96

1.    Pra panca itu pra lima buah
Cirinya: cakapnya lucu
Pipinya sembab, matanya ngeliyap
Gelaknya terbahak-bahak 
2.    Terlalu kurang ajar, tidak pantas ditiru
Bodoh tak menurut ajaran tutur
Carilah pimpinan yang baik dalam tatwa
Pentasnya ia dipukul berulang kali 

PARAGRAPH (Pupuh)  -  97

1.    Ingin menyamai Mpu Winada
Mengumpulkan harta benda
Akhimya hidup sengsara
Tapi tetap tinggal tenang 
2.    Winada mengejar jesa
Tanpa ragu wang dibagi
Terus bertapa berata
Mendapat pimpinan hidup 
3.    Sungguh handal dalam yuda
Yudanya belum selesai
lngin mencapai nirwana
Jadi pahlawan pertapa

PARAGRAPH (Pupuh)  -  98

 1.   Beratlah bagi para pujangga menyamai Wineda, bertekun dalam tapa
Membalas dangan cinta kasih perbuatan mereka yang senang menghina orang-orang yang puas dalam ketenangan dan men­jauhkan diri dari segala tingkah, menjauhkan diri dari kesukaan dan kewibawaan dangan harapan akan memperoleh faedah.  Segan meniru perbuatan mereka yang dicacad dan dicela di dalam pura.