Rabu, 11 Januari 2012

IMMANUEL KANT

IMMANUEL KANT

A.     Pendahuluan
Sejarah filsafat adalah sejarah pertarungan akal dan hati (iman) dalam berebut dominasi mengendalikan jalan hidup manusia. Kadang akal menang mutlak, begitu sebaliknya, iman yang keluar sebagai pemenangnya, tapi apabila keduanya mendominasi hidup manusia secara sempurna, maka manusia akan hidup dengan bahagia inilah konsep kaum sofis. Namun dalam hal ini setidaknya ada tiga filosof yang berhasil menghentikan pemikiran sofisme dan mendudukan akal dan iman pada porsinya.
Descartes adalah filosof yang berhasil menghentikan domenasi iman (kristen) dan menghargai kembali akal, dan Kant yang berhasil menghentikan sofisme modern untuk mendudukan kembali akal dan iman pada porsinya masing-masing, dalam kerangka inilah, agaknya, Kant mendapat tempat yang lebih lumayan dalam sejarah filsafat.
Situasi pemikiran yang dihadapi Kant, sekalipun sama dengan situasi yang dihadapi socrates pada esensinya, benar-benar mencapai tititk kritis. Yaitu menentukan eksistensi manusia dan kemanusiaan. Karena itulah mungkin argumen yang diajukan oleh Kant jauh lebih rumit dari pada argumen yang diajukan oleh socrates, argumen-argumen ini dimuat dalam bukunya yang berjudul, “Critigue of Pure Reason”  dan “ Critigue of Practical Reason” .
Critigue adalah buku yang sangat penting dalam literatur Jerman, sehingga menurut Hegel untuk menjadi filosof maka seseorang harus menjadi pengikut Kant.

B.     Pembahasan Tentang Akal Murni

Kant lahir pada tahun 1724 M. Di kota Konigsberg,[2] Ia tidak pernah meninggalkan desanya kecuali pada beberapa waktu untuk memberikan kuliah di desa tetangganya, Kant hidup pada masa Frederic dan Voltaire, hal ini tidak dapat menghindarkan dirinya dari amukan skeptisisme zaman itu, Kant banyak dipengaruhi oleh para tokoh pemikir yang kelak banyak ditolaknya, dan barang kali pengaruh yang terbesar datang dari Hume[3].
Pada tahun 1755 Kant memulai karernya sebagai dosen swasta di Universitas Konigsberg. Kemudian ia meninggalkan kedudukannya itu setelah lima belas tahun, dua kali lamaranya sebagai guru besar ditolak sehingga pada tahun 1770, ia diangkat sebagai Profesor logika dan metafiska. Kant menyelesaikan proyek bukunya (Critigue of Pure Reason)selama lima belas tahun pada tahun 1781 tatkala ia berusia lima puluh tujuh tahun, belum pernah ada orang yang matangselambat itu dan belum pernah ada buku yang sehebat itu dalam mengguncang dunia pemikiran.[4]
Critigue of Pure Reason, pada dasarnya buku yang ditulis untuk membela sains dari serangan skeptisisme, dan ini adalah misi Kant yang pertama. Buku ini berisi argumen yang panjang bahwa sains dapat dipercaya bila memenuhi syarat. Kant mengatakan bahwa teori sains dapat dipercaya bila teori itu mempunyai dasar a priori.
Kata sering menimbulkan salah paham, karena critigue tidak sama dengan kritik (Critism). Critigue yan dimaksud oleh Kant pembahasan kritis dalam pembahasannya Kant mengataakan bahwa akal murni itu terbatas, sdangkan yang dimaksud akal murni ialah akal yang bekerja secara logis, katakanlah, akal yang ada di kepala, Kant meletakkan akal murni di atas akal yang tidak murni yaitu indera. Sedangkan Pure Reason itu yang menghasilkan pengetahuan yang tidak melalui indera, atau bebas dari penginderaan. Lalu bagaimana cara memperoleh pengetahuan itu?, menurut Kant pengetahuan yang diperoleh melalui akal murni berasal dari watak dan struktur jiwa kita yang inheren[5].
Kita ingat John Lock, yang mengatakan bahwa seluruh pengetahuan berasal dari pengalaman[6], jadi tidak ada lagi pengetahuan yang lewat jalan lain. Pada hal menurut Kant pengetahuan tidak seluruhnya masuk lewat indera.[7]
Konsekwensi pendapat Lock, mudah ditebak. Teori Tabula Rasa adalah salah satu dari teori itu, akan tetapi, Hume, ternyata memperkuat Lock. Menurut Hume Jiwa tidak ada, dan sainspun sebenarnya tidak dapat dipegang, dan tidak ada jaminan bahwa sains itu benar, karena jiwa hanya berisi idea-idea dalam bentuk proses dan hubungan-hubungan, ini berarti tidak ada kepastian, yang ada hanya kemungkinan, sehingga hal ini cukup berbahaya untuk dipegang.[8] Konlusi yang salah ini menurut Kant merupakan hasil dari premis-premis yang keliru karena mengira seluruh pengetahuan berasal dari peginderaan yang terpisah-pisah.
Menurut Kant pengetahuan yang mutlak benarnya memang tidak akan ada bila seluruh pengetahuan datang melalui indera. Akan tatapi bila pengetahuan itu datang dari luar indera, melalui akal murni yang tidak tergantung lewat pengalaman, bahkan tidak tergantung pada indera yang kebenarannya a priori, maka kebenaran itu ada sedangkan pengetahuan yang pasti dan lewat pengalaman adalah pengetahuan matematika.[9]
Kant mempertanyakan dari manakah kita memperoleh pengetahuan itu? Jawabnya adalah bukan dari pengalaman karena pengalaman memberikan sensasi yang sepotong-sepotong yang dapat merubah urutan dan kekuatan kebenaran pada masa depan. Kebenaran a priori itulah kebenaran umum. Dan bagaiman kepastian diperoleh? Jawabnya adalah dari struktur jiwa kita yang inheren.   

C.     Bentuk-Bentuk Pengetahuan
Akal mempunyai bentuk-bentuk untuk mengalami, memahami, dan berfikir sedangkan pengetahuan selalu terdapat dalam bentu-bentuk itu. Karena manusia mempunyai pengetahuan dalam hubungannya dengan bentuk-bentuk ini dan pengertian-pengetian akal, dan karena bentuk serta pengertian ini harus ada sebelum mendapat pengetahuan, maka Kant menamainya a priori.
Seperti halnya suatu gelas tentu mempunyai bentuk untuk dapat menampung air, maka demikian juga akal mempunyai bentuk yaitu a priori untuk memahami yang memungkinkannya memperoleh pengetahuan, bahkan akal mempunyai cara-cara tertetu yang dengan cara itu akal dapat memikirkan dan menyusun kenyataan.
Kant membedakan empat macam pengetahuan yang ia golongkan sebagai berikut:[10]
  • Yang Analitis a Priori
  • Yang Sintesis a Priori
  • Yang Analitis a Posteriori
  • Yang Sintesis a Posteriori
            a Priori adalah pengetahuan yang tidak tergantung pada adanya pengalaman atau yang ada sebelum pengalaman, sedangkan pengetahuan a posteriori terjadi sebagai akibat pengalaman, pengetahuan analitik adalah merupakan hasil analisa dan pengetahuan sistesis adalah hasil keadaan yang mempersatukan dua hal yang biasanya terpisah. Pengetahuan yang dihasilkan oleh analisa terhadap unsur-unsur yang a priori disebut pengetahuan analitis a periori, misalnya kita mengetahui bahwa semua benda berinteraksi tersirat di dalam definisi terntang benda. Suatu benda bukanlah benda jika tiada berinteraksi.[11]
            Pengetahuan sintesis a priori dihasilkan oleh penyelidikan akal terhadap bentuk-bentuk pengalamannya sendiri dan mengabungkan unsur-unsur yang tidak saling bertunpu. Misalnya, 7 + 5 = 12 merupakan pengetahuan pasti, Kant yakin bahwa sebagian besasr pengetahuan matematika semacam itu. Contoh kedua adalah proposisi yang menyatakan bahwa setiap kejadian mempunyai sebab, sesungguhnya Kant mengira banyak dari pengetahuan metafisika bersifat semacam ini.[12]
            Pengtahuan  Sintesis a Posteriori diperoleh setelah ada pengalaman, pengetahuan ini adalah bentuk pengetahuan empiris yang lazim.
            Kant membuat uraian lebih lanjut tentang pengalaman. Barang sesuatu sebagaimana terdapat dalam dirinya sendiri (das Ding an sich) merangsang alat indera kita dan diterima oleh akal kita dalam bentuk-bentuk pengalaman, dihubungkan sesuai dengan kategori-kaeagori pengalaman, dan disusun secara sistematis dengan jalan penalaran. Karena itu kita tidak dapat mempunyai pengetahuan tentang suatu barang seperti keadaannya sendiri, melainkan hanya sesuatu yang tampak pada kita saja, yaitu pengetahuan tentang gejala (Phenomenon).
            Bagi Kant, para penganut empirisme benar bila berpendapat bahwa semua pengetahuan didasarkan pada pengalaman, walau kebenarannya hanya sebagian saja. Tetapi para pengikut rasionalisme jusa benar karena akal memaksakan bentuk-bentuknya sendiri terhadap sesuatu serta pengalaman

D.    Gagasan Ruang dan Waktu

Kant mengatakan bahwa gagasan mengenai ruang dan waktu haruslah diandaikan adanya terlebih dahulu dibandingkan dengan segenap pengalaman manusia. Kita tidak akan dapat pempunyai pengalaman yang mendahului gagasan mengenai ruang, karena dalam hal ini kita harus menunjuk suatu ruang yang berada diluar kita, dan makna yang dikandung oleh kata “di luar” sudah mengambarka suatu gagasan mengenai ruang, karenanya agar kita tidak mengalami ruang, maka sebelumnya sudah terandaikan adanya ruang.[13]
Selanjutnya kita bayangkan obyek-obyek yang sama sekali tidak mempunyai hubungan spesial. Artinya, cobalah bayangkan apakah mungkin kita memahami suatu obyek tanpa adanya ruang.
Ruang tidak dapat diketahui semata-mata hanya melalui pengalaman, menurut Kant ruang merupakan pengertian a priori dan tidak mungkin dijabarkan dari pengalaman inderawi, karena setiap pengalaman semacam itu sudah mengandaikan adanya ruang. Suatu pengertia yang bersifat a priori ialah pengertian yang adanya lebih dahulu dibandingkan dengan pengalaman.[14]
Keterangan yang sama juga berlaku untuk waktu, waktu bukanlah suatu pengertian empiris yang dijabarkan dari pengalaman melalui proses abstraksi. Baik ruang maupun waktu adanya lebih dahulu dibandingkan dengan pengalaman[15]. Dalam kenyataannya, tanpa ruang dan waktu, apa yang dinamakan pengalaman tidak mengandung makna, karena sesungguhnya ruang dan waktu adalah bentuk yang di dalamnya kita bisa menerima kesan inderawi.
Untuk mudahnya dapatlah dikatakan akal dalam kegiatanya memaksakan bentuk-bentuknya sendiri terhadap kesan-kesan yang diperolehnya melalui kegiatan yang dilakukan alat inderawi. Menurut Kant ruang dan waktu merupakan bentuk yang dimiliki oleh segenap gejala-gejala yang dapat ditangkap secara inderawi, hanya karena adanya bentuk itulah kita dapat menggambarkan dalam diri  kita obyek-obyek yang di luar diri kita.[16]

E.     Penutup

Hendaknya perlu diperhatikan menurut Kant ruang dan waktu bersifat subyektif, dalam arti kedua hal ini berada dalam diri manusia, tetapi dapat juga dikatakan obyektif, dalam arti kedua hal ini tidak dapat dirubah dan berlaku bagi semua obyek yang sekiranya dapat tampil untuk ditangkap oleh alat-alat inderawi kita. Apa saja yang  tampil seperti itu niscaya cocok dengan pola dasar ruang dan sesuai dengan hakikat waktu. Dengan cara mendagului pengalaman, ruang dan waktu mempunyai prinsip-prinsip yang menghubungkan hal satu dengan hal lainnya.                                     












DAFTAR PUSTAKA

Kattsoff O, Louis. Elements of philosophy (St. Louis Educational Publiser, 1953 )
Tafsir Ahmad, Filsafat Umum (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001)
Durrant, Will The Story of Philosophy  (New York: Simon and Schuter, Inc. 1959)
Solomon C.Robert, Introducing Philosophy (New York, Harcoun Brace Jovanonic, 1981)  
Sill, David International Encyclopedia of  the Social Sciens, Vol 7 (New York, The Macmillan Company 1972)
K. Bertens, Sejarah Filsafat Yunani, (yogyakarta, Kanisius, 1975) .
Edward, Paul, The Encyclopedia of Philosophy, (New York, The Macmillan Publishing Co.1967)
Durrant, Will, The Story of Philosophy (New York, Simon and Schuster,Inc.1959)


[1] Dipresentasikan pada mata kuliah Filsafat Barat Dr. H. Abdullah Khozin Afandi, Pascasarjana IAIN Surabaya, 2007.

[2]. Louis O. Kattsoff, Elements of philosophy (St. Louis Educational Publiser, 1953 ) 77.

[3]Ahmad Tafsir, Filsafat Umum (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001) 156 .

[4] Will Durrant, The Story of Philosophy  (New York: Simon and Schuter, Inc. 1959) 261-264.

[5] Ibid. 265.

[6] Robert C. Solomon, Introducing Philosophy (New York, Harcoun Brace Jovanonic, 1981) 108.

[7] Loc. Cit. 265.

[8] Durrant, 265.

[9] Ibid. 266.

[10] Louis O. Kattsoff, Elements of philosophy (St. Louis Educational Publiser, 1953 ) 139.

[11] Ahmad Tafsir, Filsafat Umum (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001) 160.

[12] Louis O. Kattsoff, Elements of philosophy (St. Louis Educational Publiser, 1953 ) 140.


[13] David Sill, International Encyclopedia of  the Social Sciens, Vol 7 (New York, The Macmillan Company 1972) 347.

[14] Ibid. 348

[15] K. Bertens, Sejarah Filsafat Yunani, (yogyakarta, Kanisius, 1975) 76.

[16] Edward, Paul, The Encyclopedia of Philosophy, (New York, The Macmillan Publishing Co.1967) 54.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar