Kamis, 12 Januari 2012

Kahli Gibran "Tentang Manusia"

Siapakah manusia sejauh direfleksikan Gibran? Dalam salah satu bagian dari Taman Sang Nabi, melalui mulut Sang Guru, Gibran menggambarkan sesama manusia sebagai berikut:
 “Kita semuanya saling tergantung kepada yang lain dalam jalinan hukum semesta, sejak purba tanpa ada batas masa. Karena itu marilah kita hidup ramah dalam suasana mesra. Kita saling mencari ketika merasa seorang diri, selagi menyusuri jalan, atau di saat tiada tungku penghangat badan.”
Hakikat hidup bersama adalah relasi  sesama manusia yang berdasarkan pada cinta kasih. Dalam relasi ini manusia tidak lagi disebut sebagi individu, tetapi sudah menjadi satu bagian dari sesama. Sesama melahirkan kebersamaan. Dalam kebersamaan ada salingtergantung dalam rangka melengkapi, tidak saling menyiksa apalagi memeras. Dalam kebersamaan ada kompetisi tanpa eliminasi, tapi saling mengisi. Dalam kebersamaan terwujud kesederajatan, persamaan hak dan martabat.
 Bagi Gibran kebersamaan adalah harmoni. Melalui relasi cinta kasih manusia memandang manusia lain sebagai bagian dari kehidupannya. Dalam relasi yang demikian manusia ditarik ke dalam persekutuan yang mesra. Tidak saling mengobyekkan, menyisihkan dan meniadakan, sebaliknya saling melengkapi. Latar belakang pemikiran Gibran tentang hubungan cinta kasih manusia berangkat dari dua garis relasi yang antara satu dengan yang lainnya saling bersinggungan dan melengkapi.
 Relasi Horisontal. Secara horisontal Gibran melihat pentingnya hubungan atau relasi yang didasarkan pada cinta kasih di antara sesama sebagai ketentuan hukum kodrat yang berdasarkan prinsip-prinsipo moral tertentu seperti keabikan, kebenaran, keadilan dan kedamaian. Pandangan ini berangkat dari siapa sesungguhnya manusia. Menurut Gibran pada dasarnya manusia adalah subyek yang otonom yang menjadi penentu sekaligus pemutus hidup atau mati yang dilakoninya. Namun serentak itu pula, sebagai individu otonom ia menunjukkan wataknya yang khas dan unik dalam keterlibatannya dengan manusia yang lain. Sebab dalam kebersamaan itulah manusia sesungguhnya dapat menghayati dirinya sebagai individu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar