Siapakah manusia sejauh direfleksikan Gibran? Dalam salah satu bagian dari Taman Sang Nabi, melalui mulut Sang Guru, Gibran menggambarkan sesama manusia sebagai berikut:
“Kita
semuanya saling tergantung kepada yang lain dalam jalinan hukum
semesta, sejak purba tanpa ada batas masa. Karena itu marilah kita
hidup ramah dalam suasana mesra. Kita saling mencari ketika merasa
seorang diri, selagi menyusuri jalan, atau di saat tiada tungku
penghangat badan.”
Hakikat hidup bersama adalah relasi
sesama manusia yang berdasarkan pada cinta kasih. Dalam relasi ini
manusia tidak lagi disebut sebagi individu, tetapi sudah menjadi satu
bagian dari sesama. Sesama melahirkan kebersamaan. Dalam kebersamaan ada
salingtergantung dalam rangka melengkapi, tidak saling menyiksa
apalagi memeras. Dalam kebersamaan ada kompetisi tanpa eliminasi, tapi
saling mengisi. Dalam kebersamaan terwujud kesederajatan, persamaan hak
dan martabat.
Bagi Gibran kebersamaan adalah harmoni. Melalui
relasi cinta kasih manusia memandang manusia lain sebagai bagian dari
kehidupannya. Dalam relasi yang demikian manusia ditarik ke dalam
persekutuan yang mesra. Tidak saling mengobyekkan, menyisihkan dan
meniadakan, sebaliknya saling melengkapi. Latar belakang pemikiran
Gibran tentang hubungan cinta kasih manusia berangkat dari dua garis
relasi yang antara satu dengan yang lainnya saling bersinggungan dan
melengkapi.
Relasi Horisontal. Secara horisontal
Gibran melihat pentingnya hubungan atau relasi yang didasarkan pada
cinta kasih di antara sesama sebagai ketentuan hukum kodrat yang
berdasarkan prinsip-prinsipo moral tertentu seperti keabikan,
kebenaran, keadilan dan kedamaian. Pandangan ini berangkat dari siapa
sesungguhnya manusia. Menurut Gibran pada dasarnya manusia adalah
subyek yang otonom yang menjadi penentu sekaligus pemutus hidup atau
mati yang dilakoninya. Namun serentak itu pula, sebagai individu otonom
ia menunjukkan wataknya yang khas dan unik dalam keterlibatannya
dengan manusia yang lain. Sebab dalam kebersamaan itulah manusia
sesungguhnya dapat menghayati dirinya sebagai individu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar