SYAIR INDAH RUMI
Salib orang-orang Kristiani, dari ujung ke ujung telah aku kaji.
Dia tidak ada di salib itu.
Aku telah pergi ke kuil Hindu dan Pagoda tua.
Di tempat itu tidak ada tanda-tandanya.
Aku pergi kedataran tinggi Herat dan Kandahar, aku melihat Dia tidak ada di dataran tinggi maupun rendah.
Dengan hati mantap lalu aku pergi ke puncak gunung Qaf, disana ternyata hanya ada sarang burung 'Anga.
Aku pergi ke Ka'bah. Dia tidak ada di sana.
Aku lalu bertanya kepada Ibnu Sina tentangnya,
Dia di luar jangkauandari filosuf ini.
Aku melihat ke dalam Qalbuku sendiri, di situ tempatnya. Aku melihatnya.
Dia tidak di tempat lain.
"Biarkan dirimu ditarik secara diam-diam oleh suatu tarikan yang lebih kuat dari apa yang benar-benar engkau cintai."
Lalu cahaya hatinya begitu sangat terang dan Allah menguatkan hati itu dengan cahaya-Nya...
Jalaludin Rumi,
Bila
semua tidur, tapi tidur tak akan sanggup untuk menerbangkan aku,
menerbangkan hati yang duka seperti aku, setiap malam mataku tak
henti-hentinya menghitung tebaran bintang di langit.
Tapi tidur
telah pergi dari mataku seakan tak akan kembali lagi, tidurku sudah
meneguk racun perpisahan darimu, dan tak memiliki nafas lagi.
Apakah mungkin kuberikan obat pertemuan untuk ia yang telah terluka, yang telah menyerahkan mata dan hatinya kepada tanganmu?
Apakah,
pintu kebajikan suatu ketika dan buat selama-lamanya keliru, jika kau
mau memberikan anggur murni, apa kau juga tak mau memberikan sisa
setetespun?
Tuhan telah memberikan cara
bersenang-senang di ruang masing-masing, tanpa kehadiran kau tak
seorang akan menemukan jalan yang lurus meuju ruang itu.
Jika aku
telah merubah debu di jalan cinta, jangan kira aku berbuat sia-sia,
apakah mungkin orang yang telah mengetuk pintu penyatuan denganmu akan
sia-sia?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar