Jumat, 27 Januari 2012

Transformasi NU Dan Sosialisasi Ajaran Islam


16 Nopember 2007
Transformasi NU Dan Sosialisasi Ajaran Islam
  Moh. Fudholi Koordinator kajian Islam dan Filsafat (Kaifa) Pascasarjana IAIN Sunan Ampel Surabaya, Alumni Pesantren IAIN Sunan Ampel Surabaya

Banyak perubahan penting yang mesti dicacat dalam sejarah NU. Seperti saat ini NU berusaha menampilkan wajah baru Islam yang relatif “terbuka dan plural”, bertujuan agar NU sekarang tidak dipandang lagi sebagai organisasi yang berwatak primordial dan hanya mementingkan kepentingan golongan. Dan nampaknya NU cenderung lebih akomodatif terhadap semua golongan. Hal ini tidak terlepas dari perubahan-perubahan yan gradual yang terjadi dalam tubuh NU. Jika dulu NU dianggap sangat tradisional, sedikit demi sedikit anggapan dan status itu mulai hilang. Juga, jika dulu NU banyak menumpuk intelektual, pada perkembangannya NU berhasil mengembangkan wawasan ke-NU-annya dalam kontek Negara dan bangsa.
Adalah KH Ahmad Siddiq,sejak Kittah NU yang diputuskan dalam Muktmar NU ke-27 pada 1984 mengembangkan gagasan persaudaraan Islam dalam diri NU. Di samping telah mengkompromikan asas tunggal Pncasila dengan Islam, kiai kharismatik asal jember ini juga merancang satu konsep dasar persaudaraan( ukhuwah) kaitannya dengan wawasan kebangsaan. Konsep ini kemudian di diejawantahkan ke dalam persaudaraan antar manusia, persaudaraan sebangsa dan setanah air, dan persaudaraan intern umat Islam. Dari ketiga konsep tadi KH. Ahmad Siddiq, mengharapkan warga NU mampu berinteraksi aktif antarsesama elemen masyarakat secara plural. Baik dalam tataran regional, nasional dan internasional.
Identitas mengambarka warga NU yang menjadi sebuawh komonitas Ummatan Wasathon dan Khoira Ummah, kelompok yang tidak ekstrem,meminjam istilah Abid al-Jabiri Islam kiri dan kanan,sebagaimana diidam-idamkan al-Qur’an. Tapi nampaknya teori tidak selamanya cocok dengan kenyataan.
Selama berabad-abad lamanya umat Islam tercoreng karena menampakan raut muka kebencian yang teramat dalam terhadap golongan lain. Akibatnya Islam menjadi agama yang tertutup dan tidak mau kompromi dengan aliran-aliran atau sekte yang lain. Hal inilah yang menyebabkan kemerosotan Islam selama berabad-abad terakhir. Ditambah lagi dengan beban teologis warisan ulama dahulu, bahwa Islam adalah agama “perang”, Islam identik dengan pedang yang haus akan kekerasan (baca. FPI), cacatan ini tentunya juga ikut menodai sejarah hitam uamat Islam, paling tidak ikut memperkokoh opini dan justifikasi yang berkembang bahwa misi Islam bukanlah perdamaian, sebagaimana barat memahami Islam sebagai agam afundamental atau sarang teroris.
Di sinilah kemudian muncul keraguan akan kebenaran Islam sebagai sebuah agama yang mencintai perdamaian, Islam yang mengayomi dan melindungi. Ketidak percayaaan inilah yang banyak menimbulkan perpecahan dikalangan umat Islam, yang kemudian membuat aliran-aliran baru dengan klaim kebenaran, bahwa inilah Islam yang paling benar, Islam yang hakiki dan lain semacamnya.

Islam Agama Damai

Dalam tataran normatif Islam, dan juga agama lain selalu mengajarkan perdamaian, kerukunan dan kasih sayang. Dengan demikian bias dikatakan bahwa misi semua agama adalah perdamian. Misi ini semestinya dipandang sebagai nilai-nilai universal yang tak pernah hilang sepanjang masa, karena nilai inilah yang menjadi tolok ukur benar tidaknya ajaran suatu agama. Namun,misi awal ini sering kali terjebak ke dalam interpretasi “oknum” yang bahkan sering salah memahaminya. Kita bias melihat bahwa fanatic telah mengubah agama menjadi sesuatu yang sangat menakutkan miminjam istilah Max agama adalah candu masyarakat, sehingga agama dipandang tidak bisa menyelesaikan problem rumah tangganya (antar aliran) apalagi persoalan eksternalnya (moralitas dan peradaban manusia yang hilang).
Persoalan antar Sunni dan Syi’ah (intern Islam), Palestina Vs Israel(antar agama) belum bisa terselesaikan sampai saat ini, yang muncul malah sekte-sekte aliran sempalan dari agama itu, sebagai pelampiasan yang terjadi akibat tidak bisa memahami ajaran suatu agama, yang baru-baru ini terjadi pengakuan Lia Aminuddin sebagai Jibril, malaikat yang bertugas memberi wahyu, belum hilang dari ingatan kita muncul Ahmad Musaddeq yang mengaku sebagai nabi. A
liran-aliran ini timbul akibat kurangnya sosialisasi ajaran agama, ketidak pahaman mereka terhadap agama adalah modal utama untuk menafsirkan agama fersi mereka ditopang dengan dana yang banyak maka jadilah sekte ini agama baru. 
Lantas apa pekerjaan MUI sebenarya? Sebagai sebuah lenbaga yang ditunjuk untuk mengurusi agama, selama MUI hanya duduk berpangku tangan tanpa mempunyai agenda dakwah yang jelas mereka baru akan turun kalau ada yang dianggap menyimpang dari ajaran agama, padahal seharusya siraman rohani pada orang-orang yang agamanya minim sangat diperlukan yang hal ini adalah tugas MUI untuk mengadakan sosialisasi ajaran Islam?.
Kurangnya pengetahuan tentang agama inilah yang membuat sebagian orang setuju bahwa agama adalan candu masyarakat, agama sudah tidak dibutuhkan lagi apalagi harus diyakini dan diikuti. Melihat hal ini, sudah semestinya ruh agama dalam hal ini Islam dikembalikan pada misi awal sebagai pembawa kedamaian dan penyelamat umat dari krisis moralitas yang sudah sedemikian akutnya yang menjangkit peradaban manusia.
Sebagai agama yang Rahmatan Lilalamin, pertama Islam mencakup seluruh makhluk mesti ternaungi nilai pendamaian, Kedua, Islam tidak semena-mena memaksakan agamanya, terhadap siapapun juga, hal ini seharusnya menjadi acuan kalau seseorang ingin keluar dari Islam biarkan saja kalaupun butuh nasehat, maka nasehati seperlunya tidak seharusnya memaksakan kehendak agar kembali ke Islam dengan memanfaatkan kekuasaan pemerintah yang apabila tidak kembali, kedalam Islam, maka akan dipenjara.
Islam tidak mengenal kekerasan dan pemaksaan, kekerasan dalam Islam, tak lain adalah bentuk kekhilafan umat Islam dalam memahami ajaran Islam, atau boleh jadi karena factor politik yang menggunakan symbol Islam.
Eksistensi Islam Dalam Relasi Antaragama Dalam islam seperti yraian di atas dikenal adanya konsep persaudaraan yaitu, persaudaraan intern Islam yang bersifat lokal misal antar NU-Muhammadiyah, dan Sunni-Syi’ah sedangkan yang kedua terbuka dan lintas sektoral. Yaitu persaudaraan kemanusiaan dan persaudaraan sebangsa setanah air.
Dari ketiga konsep diatas, dua di antaranya bersifat sensitif, karena hubungannya selalu bersinggungan dengan komonitas yang plural dan diluar umat Islam, disinilah Islam dituntut Elastis dalam memainkan peranannya.Rasulullah pernah mempraktekan hal ini ketika beliau hidup dalam komunitas Yahudi dan Nasrani di Madinah. Perilaku Rasulullah menjustifikasi semua bentuk persaudaraan sebagai contoh, ketika delegasi najran yang beragama yahudi pada rasul di Madinah, mereka kemudian masuk masjid , lalu mereka beribadah di masjid tersebut. Para sahabat ingin menegur, tapi Rasul melarang para sahabat dan menyuruh membiarkan
delegasi tersebut untuk beribadah. 
Demikian juga Rasulullah tidak pandang bulu pada siapa beliau bersedekah, baik itu orang Islam atau non muslim,ini bias dilihat ketika beliau memberikan bantuan pada penduduk kafir Makkah ketika sedang terjadi penceklik. Sejarah juga mencatat keluwesan Rasul dalam menerima perjanjian hudaibiyah, beliau menerima seluruh syarat yang diajukan oleh orang Quraisy, walaupun dianggap merugikan umat Islam. Diantaranya beliau rela menghapus basmalah dan diganti dengan bismikallahummah dan menghapus Muhammad Rasulullah dan daganti dengan Muhammad Ibn Abdullah. Di sini terlihat, betapa bijak Rasulullah dalam mendahulukan kepentingan bersama
dari pada kepentingan diri sendiri. Dari deskripsi diatas betapa pentingnya memelihara persaudaraan dengan siapapun juga tanpa harus memandang status social, karena bagaimanapun juga semua manusia adalah sama, dan kehidupan ini akan terus berlangsung apabila sifat saling menghormati dan menghargai dimiliki oleh setiap manusia. 
Inilah persoalannya, dalam tataran praktis kita masih belum bisa untuk melaksanakan hal ini, egoisme yang tertanam dalam diri kita begitu kuatnya mengakar sehingga untuk dicabutpun rasanya sangat sulit,apalagi harus menghilangkanya. []


Tidak ada komentar:

Posting Komentar